“Laporan Kunjungan Situs Sangiran”
12. Dini Nur Azizah
Kelas XI MIPA 4
SMA Negeri 1 Genteng
Tahun Ajaran 2016/2017
A.
Sejarah & Perkembangan
Sangiran
adalah sebuah situs arkeologi (situs manusia purba) di Jawa, Indonesia. Menurut
laporan UNESCO (1995), “Sangiran diakui
oleh para ilmuwan untuk menjadi salah satu situs yang paling penting di dunia
untuk mempelajari fosil manusia, disejajarkan bersama Situs Zhoukoudian (Cina), Willandra
Lakes (Australia), Olduvai Gorge
(Tanzania), dan Sterkfontein (Afrika
Selatan), dan lebih baik dalam penemuan daripada yang lain.”
Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak
sekitar 15 km (tepatnya di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen, Jawa Tengah). Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya
Solo-Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten
Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran,
Desa Krikilan. Jarak dari gapura Situs Sangiran menuju Desa Krikilan ±5 km.
Situs Sangiran mempunyai luas sekitar 59,2 km² (SK
Mendikbud 070/1997), secara administratif termasuk ke dalam 2 wilayah
pemerintahan, yaitu Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong,
dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo). Pada
tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
sebagai cagar budaya. Oleh karena hal itu, dalam sidang ke-20 Komisi Warisan
Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan
Sangiran sebagai salah satu “Warisan
Budaya Dunia (World Heritage List)”Nomor : 593”.
Pada awalnya, Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan
Kubah Sangiran. Puncak kubah ini
kemudian melalui proses erosi sehingga membentuk depresi (permukaan tanah lebih
rendah daripada permukaan air laut). Pada depresi itulah dapat ditemukan
lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.
Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi objek wisata yang
menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra aksara terpenting
dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
Sejarah atau riwayat penelitian di Situs Sangiran bermula
dari laporan GHR. Von Koeningswald yang menemukan sejumlah alat serpih dari
bahan batuan jaspis dan kalsedon di sekitar bukit Ngebung, sebelah barat laut
Situs Sangiran pada tahun 1934. Penelitian di situs ini menjadi semakin menarik
dan berkelanjutan ketika pada tahun 1936 ditemukan fragmen fosil rahang bawah (mandibula) manusia purba Homo Erectus yang kemudian disusul oleh
temuan fosil-fosil lainnya. Setelah masa pasca Koeningswald atau pada sekitar
tahun 1960-an, penelitian terhadap fosil-fosil hominid dan paleontologis di
situs ini kemudian diambil alih oleh para peneliti dari Indonesia (antara lain
T. Jacob dan S. Sartono) serta terus berkelanjutan sampai sekarang.
Sebenarnya, pada tahun 1893 Eugene Dubois, penemu fosil
manusia purba Trinil, sebenarnya pernah mendatangi Sangiran, namun Dubois tidak
tertarik dengan Sangiran yang kering dan tandus, sehingga Dubois mengalihkan
penelitiannya ke Trinil. Penelitian yang sangat spektakuler terjadi ketika
Puslit Arkenas melakukan kerja sama penelitian dengan Museum National d`Histoire Naturelle (MNHN), Perancis melalui
ekskavasi (penggalian) besar-besaran selama 5 tahap (tahun 1989-1993) di
bukit Ngebung yang menghasilkan sejumlah
temuan secara insitu (di dalam
habitat aslinya) dan pertanggalan absolut yang sangat menarik. Penelitian Situs
Sangiran semakin berkembang pesat belakangan ini setelah Balar Yogya ikut
berpartisipasi langsung dan melakukan program penelitian secara intensif dan
terpadu.
B.
Kondisi Objek Saat Ini
Sebelumnya, saya pribadi belum pernah menginjakkan kaki
di Sangiran. Sehingga, saya hanya dapat menjelaskan kondisi Sangiran saat ini
tanpa membandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Ketika kita memasuki gerbang masuk lokasi Sangiran, tak
jauh dari sana, kita akan disambut oleh patung kepala manusia purba seperti
yang tampak pada gambar 1 di atas. Di belakang patung tersebut tersedia tempat
parkir yang cukup luas bagi pengunjung situs sangiran. Di sekitar tempat parkir
tersebut, kita akan dikejutkan oleh patung manusia purba berjenis kelamin
laki-laki yang sedang telanjang seperti yang tampak pada gambar 3 di atas.
Nampak tidak etis sebenarnya, namun hal ini dilakukan untuk menjaga keaslian
kehidupan manusia purba zaman dahulu yang belum mengenal pakaian.
Kemudian, di belakang patung tersebut, terdapat toliet
yang cukup begitu memadai. Di samping toilet, terdapat sederet kantin penjual
makanan. Menu yang ditawarkan oleh setiap kantin tersebut sama. Tak hanya menu,
bahkan harganyapun sama. Sama-sama terlalu mahal menurut saya sebagai pelajar. Sehingga, saya sarankan agar
tidak membeli disana. Lebih baik, membawa dari rumah atau membeli sebelumnya di
supermarket.
Di samping deretan kantin tersebut, terdapat pasar kecil,
tempat penjual berbagai souvenir sangiran. Disana, cukup banyak pilihan
souvenir yang dijual. Sama dengan halnya pusat souvenir tempat wisata lain,
hampir semua penjual menjual barang dagangan yang sama. Oleh karena itu, kita
harus pandai-pandai menawar. Itu masih area parkir situs sangiran.
Memasuki gedung situs sangiran. Pintu masuk gedung situs
sangiran terletak di sebelah pasar kecil tadi. Sebelum memasuki pintu masuk
gedung tersebut, kita harus mendaki puluhan tangga. Setelah mendaki puluhan
tangga, jalan menjadi rata kembali. Di sebelah kiri kita, terdapat tanah-tanah
purba hasil temuan para arkeolog yang dipajang tanpa dilindungi oleh kaca dan
sejenisnya. Sehingga, kita dapat menyentuhnya. Kira-kira ada 3-5 tanah pur yang
dipajang disana.
Setelah itu, kita berada di sekitar pintu masuk gedung
sangiran. Pintu masuk gedung sangiran berada di sebelah kanan kita. Jika kita
lurus, kita akan menemui jembatan yang berujung pada air mancur yang begitu
indahnya seperti yang tampak pada gambar 4 di bawah. Sedangkan di sebelah kiri
kita, terdapat toko kecil lanjutan dari pasar yang ada di luar tadi.
Ketika kita memilih berbelok kanan, artinya memasuki
gedung situs sangiran, di sebelah kiri kita terdapat jalan kecil. Jalan kecil
itu akan menuntun kita menuju gedung 2 situs sangiran. Dan ketika kita melihat
ke bawah, akan terdapat sungai. Namun, sebelum memasuki gedung 2 situs
sangiran, terlebih dahulu kita memasuki gedung 1 situs sangiran.
Ketika kita memasuki gedung 1 situs sangiran, maka
ruangan menjadi gelap. Gedung 1 situs sangiran terbagi menjadi 2 ruangan.
Ruangan pertama berisi penjelasan dan visualisasi patung-patung tentang
zaman-zaman peradaban manusia. Sarana dan prasarana disana cukup memadai. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya penjelasan singkat tapi menyeluruh yang terdapat
pada layar touch screen di masing-masing objek. Puas melihat ruangan pertama,
kita belok kiri menuju ruangan kedua.
Sama halnya dengan ruangan pertama, di ruangan kedua juga
terdapat penjelasan dan visualisasi patung-patung. Namun, berbeda dengan
ruangan pertama, ruangan kedua berisi tentang kehidupan-kehidupan manusia purba
seperti yang tampak pada gambar 6 di bawah. Itu masih gedung 1 sangiran.
Memasuki gedung 2 sangiran. Jika ingin memasuki gedung 2
sangiran, kita tidak perlu keluar dari gedung 1 lewat pintu masuk tadi. Kita
bisa keluar lewat pintu keluar yang berada di ruangan kedua kemudian belok
kanan. Kemudian kita berjalan beberapa meter saja, dan akan nampak tulisan
gedung 2 sangiran. Kita memasuki gedung tersebut. Berbeda halnya memasuki
gedung 1 sangiran, ketika memasuki gedung 2 sangiran, kita harus menuruni
tangga.
Di gedung 2 sangiran ini berisi tentang kehidupan
dinosaurus dan zaman-zamannya. Namun, tak selengkap yang dibahas di museum
geologi. Di gedung 2 situs sangiran ini tidak dibagi menjadi beberapa ruangan.
Karena, hanya berupa seperti lorong saja. Sehingga, ketika memasukinya, akan
terasa sebentar karena isinya hanya beberapa.
Kemudian, kita beralih ke gedung 3 situs sangiran. Di
gedung 3 situs sangiran itu, isinya hampir sama dengan gedung 1, tetapi
visualisasinya lebih besar dan lebih gamblang. Puas mngelilingi gedung 3 situs
sangiran, kita keluar melalui pintu keluar gedung. Ketika keluar, mata kita
harus beradaptasi dengan lingkungan. Karena, selama kita berada di dalam gedung
situs sangiran, cahaya tidak begitu terang. Sedangkan ketika keluar,
seakan-akan cahaya langsung mengenai mata kita. Sehingga, mata harus
beradaptasi.
Di sebelah kanan pintu keluar, terdapat tulisan yang
tampak seperti gambar 2 di atas. Biasanya, tempat itu kerap kali dijadikan
objek foto. Tak jauh dari sana, terdapat tempat-tempat duduk dan air mancur.
Disana, banyak orang yang berleha-leha sambil makan. Kemudian, jika kita ingin
keluar, kita tinggal lurus saja mengikuti arah jalan. Kita lurus, kemudian
berujung pada jalan di sebelah kanan pintu masuk gedung 1 situs sangiran.
Kemudian, jika kita ingin keluar, kita bisa keluar tanpa
melewati tangga masuk tadi. Kita tinggal masuk pasar kecil yang ada di depan
pintu masuk gedung 1 situ sangiran. Kemudian berjalan beberapa meter, kita akan
menemui tangga turun di sebelah kanan kita. Kita tinggal menuruni tangga tadi,
akhirnya kita sudah berada di area parkir situs sangiran. Di sekitar tangga
tersebut, dari arah luar terdapat pohon beringin.
Di
bawah pohon beringin terdapat tulisan sangiran seperti yang tampak pada gambar
5 di bawah ini. Sejauh ini, ketika mengelilingi sangiran, saya cukup puas.
Sarana dan prasarana yang cukup memadai. Temuan-temuan para arkeolog juga
begitu dijaga. Namun sayang, saya tidak begitu menikmati keindahan isi situs
sangiran karena waktu yang mengejar. Namun, cukup menambah wawasan dan
pengetahuan saya.
C. Peran Siswa Sebagai Generasi Muda
1. Saran Kepada Pengelola & Pemerintah
Sangiran adalah salah satu kebanggan Indonesia. Bagaimana
tidak? Berkat sangiran, Indonesia lebih dikenal dunia internasional karena sangiran
dicetuskan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia yang terlengkap di Asia, bahkan di dunia. Oleh karena itu, sudah selayaknya pemerintah Indonesia
menjaga dan melindungi sangiran. Dengan cara mendayagunakan kekuasaan untuk
menjaga kelestarian sangiran. Tidak hanya menjaga kelestariannya saja, sebisa
mungkin pemerintah dan masyarakat berusaha melakukan inovasi atau bahkan penemuan kembali, agar
keberadaan situs sangiran tidak dilupakan begitu saja akibat masyarakat
nasional bahkan internasional bosan dengan isi situs sangiran yang itu-itu
saja. Sejauh ini, ketika saya berkunjung ke situs sangiran, saya cukup puas
dengan sarana dan prasarana yang ada. Sehingga, saya kira pemerintah melalui
pengelola hanya perlu menjaga dan berusaha melakukan inovasi agar
situs sangiran tidak dilupakan begitu saja.
2. Peran Sebagai Generasi Muda
Peran kita sebagai generasi muda yang diberi
tanggungjawab untuk mengelola Indonesia ke depannya cukup berat. Salah satunya
yaitu melestarikan situs sangiran. Situs sangiran merupakan salah satu
kebanggaan Indonesia. Sehingga, kita perlu menjaga dan melestarikannya. Tidak
cukup hanya itu, sebisa mungkin kita juga berusaha melakukan penemuan yang
dapat menambah isi pembelajaran di dalam situs sangiran sehingga situs sangiran
tidak dilupakan begitu saja. Tidak dapat menjadi alasan jika jarak kita jauh
dengan situs sangiran sehingga menjadikan kita tidak mau menjaga dan
melestarikan situs sangiran. Jika memang jarak yang cukup jauh, kita disini
hanya perlu untuk terus belajar. Apa selalu belajar sejarah, arkeologi,
geografi, dan kawan-kawannya untuk menjaga dan melindungi situs sangiran,
sedangkan passion kita tidak ke arah sana? Tidak hanya belajar mata pelajaran
itu saja yang bisa kita lakukan untuk melestarikan situs sangiran. Kita hanya
perlu untuk selalu belajar sehingga kita kelak bisa menjadi orang sukses, yang
dapat dianggap keberadaannya di negara ini. Sehingga, kita bisa mempunyai
peran dan kekuasaan. Nah, peran dan kekuasaan tersebut dapat menjadi salah satunya cara untuk
menjaga dan melindungi situs sangiran. Oleh karena itu, kita harus selalu
belajar dengan tekun, demi terciptanya kelestarian situs-situs bersejarah di
Indonesia agar tidak sampai diambil bangsa lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Diakses pada hari Minggu, 26 Maret 2017 pukul 11.23
WIB
Diakses pada hari Minggu, 26 Maret 2017 pukul 11.25
WIB
Diakses pada hari Minggu, 26 Maret 2017 pukul 14.25
WIB
Diakses pada hari Kami, 31 Maret 2017 pukul 08.03
WIB
Diakses pada hari Kamis, 31 Maret 2017 pukul 08.03
WIB