MENELUSURI
KISAH DIBALIK TEMUAN FOSIL MANUSIA PURBA “Pithecanthropus
Erectus” DALAM NOVEL “GERBANG TRINIL”
Laporan
Pembacaan Buku Fiksi sebagai Bahan Ujian Praktik Bahasa Indonesia SMA Negeri 1
Genteng Tahun Pelajaran 2017-2018
Oleh
:
Dini
Nur Azizah
Kelas
XII MIPA 3
NIS
12127
|
Jln. KH. Wahid Hasyim

Genteng, Banyuwangi
|
IDENTITAS
KARYA
Judul : Gerbang Trinil
Pengarang : Riawani Elyta & Syila Fatar
Tahun Terbit : 2014
Cetakan : Pertama
Penerbit : Moka Media
Tebal : vi + 296 halaman
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena,
berkat karunia limpahan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya saya dapat
menyelesaikan “Laporan Pembacaan Buku Fiksi” yang merupakan tugas pelajaran
Bahasa Indonesia sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Praktik Bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Genteng pada tahun pelajaran 2017-2018. Dalam
penyusunan laporan ini, saya berupaya semaksimal mungkin demi kesempurnaan
laporan ini. Namun, hal tersebut bukan karena jerih payah saya sendiri,
melainkan juga didukung oleh bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada
1.
Kepala SMA Negeri 1 Genteng, Bapak
Sunyoto Edi Santoso yang telah mengizinkan terselenggaranya ujian praktik ini
2.
Bapak Latif, selaku guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia saya yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan laporan
ini
3.
Orang tua yang telah memberikan dukungan
material dalam pembelian novel dalam laporan ini
4.
Teman-teman, terutama Aulia Nur Faiza
yang telah memberikan saya saran dalam memilih novel
5.
Semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang turut andil
membantu saya dalam menyusun laporan kegiatan ini
Namun,
tak lepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Baik dari segi bahasa, struktur, maupun isi. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka saya mengharapkan kritik dan saran kepada
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir
kata, semoga dengan tersusunnya laporan ini, dapat menambah wawasan pembaca.
Disamping itu, pembaca juga dapat mengambil hikmah dan manfaatnya, sehingga
dapat termotivasi dan terinspirasi.
Genteng, 21
Februari 2018
Penulis
Abstraksi
Laporan pembacaan buku fiksi
merupakan prasyarat agar dapat mengikuti ujian praktik di SMA Negeri 1 Genteng.
Secara umum, laporan ini berisi analisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
buku fiksi. Saya menggunakan buku fiksi jenis novel yang berjudul “Gerbang
Trinil”. Dalam laporan ini, saya menggunakan judul “Menelusuri Kisah Dibalik
Temuan Fosil Manusia Purba “Pithecanthropus
Erectus” Dalam Novel “Gerbang Trinil”. Alasan saya menggunakan judul
tersebut karena melalui laporan ini, saya ingin mengungkap secara singkat
melalui analisis unsur instrinsik dan ekstrinsik bagaimana kisah yang tersurat
dan pesan yang tersirat yang terdapat di dalam novel tersebut. Sehingga,
melalui laporan ini pembaca dapat sedikit memahami isi novel tersebut tanpa
harus membacanya terlebih dahulu.
Secara ringkas, laporan ini berisi 5 bab yang urutannya adalah
pendahuluan, analisis unsur intrinsik, analisis unsur ekstrinsik, refleksi
nilai karya, dan penutup. Inti dari laporan ini terletak di bab 2, 3, dan 4. Di
dalam bab 2, berisi tentang unsur-unsur
intrinsik yang terdapat di dalam novel beserta analisisnya. Penganalisaan unsur
intrinsik tersebut nampak ketika mencari data tekstual di dalam novel. Selain
itu, juga mencari hubungan antarunsur intrinsik. Sedangkan di bab 3, berisi
tentang unsur ekstrinsik dan analisisnya. Penganalisaan unsur ekstrinsik nampak
ketika mencari nilai-nilai yang terkandung di dalam novel kemudian mencari
contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan di bab 4, berisi tentang
refleksi nilai karya. Jadi, nilai yang terkandung di dalam bab sebelumnya,
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita sudah melakukannya
atau belum.
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul.......................................................................................................i
Identitas
Karya......................................................................................................ii
Kata Pengantar.....................................................................................................iii
Abstraksi..............................................................................................................iv
Daftar Isi...............................................................................................................v
Bab I Pendahuluan
-
Latar Belakang........................................................................................1
-
Tujuan.....................................................................................................1
-
Manfaat...................................................................................................1
Bab II Analisis Unsur
Intrinsik
-
Unsur-unsur Intrinsik..............................................................................2
-
Hubungan Antarunsur Intrinsik..............................................................5
Bab III Analisis Unsur
Ekstrinsik
-
Nilai-nilai Kehidupan dalam Karya........................................................7
-
Keterkaitan Nilai-nilai Karya dengan Kehidupan Nyata.........................8
Bab IV Refleksi Nilai
Karya..................................................................................9
Bab V Penutup
-
Kesimpulan...........................................................................................10
-
Saran.....................................................................................................10
Biografi Singkat
Pengarang.................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kelas
XII merupakan kelas dimana bertumpuk-tumpuk tugas diterima dari berbagai guru
mata pelajaran. Salah-satu tugasnya adalah membuat laporan pembacaan buku
fiksi/non fiksi. Laporan pembacaan buku fiksi/non fiksi ini merupakan pra
syarat agar dapat mengikuti ujian praktik di SMA Negeri 1 Genteng. Sehingga,
wajib hukumnya mengerjakan laporan ini agar dapat mengikuti ujian praktik.
Saya
memilih novel “Gerbang Trinil” ini sebagai bahan laporan saya karena saya
menyukai bacaan berbau fiksi ilmiah. Saya menyukai bacaan berbau fiksi ilmiah
karena saya berpikir hal yang terdapat di dalam bacaan-bacaan tersebut suatu
saat bisa saja terjadi, melihat kecanggihan perkembangan teknologi saat ini. Novel
ini ditulis oleh Riawani Elyta dan Syila Fatar. Dua penulis yang dipertemukan
di dunia maya dalam sebuah grup kepenulisan bernama BAW (Be a Writer). Syila
Fatar adalah penggagas cerita dalam buku ini. Dia terinspirasi oleh seorang
teman, salah satu anggota BAW yang kerap kali menceritakan tentang Kota Ngawi
dan Museum Trinil. Ketika ada proyek menulis novel duet, Syila memilih Riawani
dengan alasan telah memiliki pengalaman menulis cukup banyak buku,
sedangkan dirinya masih akan dengan cerita yang digagasnya tersebut. Setelah
deal, maka mereka berdua pun memulai penulisan dan saling menyemangati.
Novel
ini berkisah tentang Areta, gadis remaja yang tertarik dengan arkeologi. Dalam
kunjungannya ke Museum Trinil dan rumah neneknya, Areta menemukan keganjilan.
Ada sebuah portal di belakang rumah neneknya dan Areta yang sedang mengamati
malah diajak masuk ke sana oleh sosok makhluk asing. Areta dibawa ke sebuah
pesawat ruang angkasa, tempat tinggal makhluk yang disebut Pithe dari spesies Pithecantropus erectus. Tanpa disangka,
di tempat asing tersebut Areta diklaim kalau dia sudah menjadi milik Pithe.
Selanjutnya, adalah bagaimana Areta harus membebaskan dirinya dan menggagalkan
rencana mengerikan dari para Pithe untuk manusia di Bumi. Di balik kisah
menegangkan tersebut, banyak nilai yang dapat kita petik. Salah satunya adalah
hasil tidak akan menghianati usaha.
B. Tujuan
1. Menyelesaikan
tugas dan kewajiban
2. Menemukan
nilai-nilai kehidupan dalam karya sastra
3. Merefleksikan
nilai karya sastra dalam kehidupan
C. Manfaat
1.
Mengetahui cara membuat laporan
pembacaan karya sastra
2.
Mengembangkan daya pikir siswa
3.
Menambah wawasan
BAB
II
ANALISIS
UNSUR INTRINSIK
A. Unsur Intrinsik
1.
Alur/Plot
a. Pengenalan : Bab 1-6
b. Konflik : Bab 7-11
c. Klimaks : Bab 12-16
d. Antiklimaks : Bab 17-22
e. Penyelesaian : Bab 23
2.
Setting/Latar
a. Tempat
v Perpustakaan
“Areta
mematikan komputer. Sejenak ia mengedarkan pandangannya pada sekeliling. Sepi.
Selalu saja dirinya menjadi siswa terakhir yang meninggalkan perpustakaan.
Untungnya, alasan berada di perpustakaan selalu menyelamatkannya dari
kemungkinan dimarahi saat terlambat masuk kelas.”
v SMU
Persada Pertiwi
“Halaman
dan koridor di sepanjang SMU Persada Pertiwi tampak lengang.”
v Depan
Kelas
“Pria
berkacamata tebal itu tengah berdiri di depan kelas, menatap tajam ke arahnya.”
v Ruang
Makan
“”Non,
hari ini mau kemana?” tanya Pak Dhiro, sopirnya, yang tiba-tiba muncul di ruang
makan.”
v Kota
Ngawi
“Saat
ini mereka sudah berada di Ngawi. Trinil, tinggal 13 kilometer lagi.”
v Rumah
Nenek
“Sejurus
kemudian, tampaklah sebuah rumah kuno dengan bangunan ala Belanda di balik
rerimbunan pohon. ... Keluar dari mobil, Areta masih menyempatkan diri
berlama-lama, mengamati rumah neneknya.”
v Teras
Rumah
“Seseorang
berdiri di teras rumah kuno, tatapannya menyorot tajam.”
v Kamar
“”Ini
kamar untukku, Nek?””
v Museum
Trinil
“...
Dan di dalam museum, tepat dalam posisi garis lurus dengan pintu masuk, sesosok
lelaki berseragam pegawai berdiri tegak, ...”
v Kebun
Belakang Rumah Nenek
“...
Tak terasa, langkah Areta tiba di kebun belakang rumah. ...”
v Kamar
Tamu
“Malam
itu, Areta kembali tidur di kamar tamu. ...”
v Hotel
Sukowati
“Mobil
sewaan yang mereka tumpangi telah tiba di halaman Hotel Sukowati, hotel dengan
tarif termahal di Kota Ngawi. ...”
v Kubah
Ruang Angkasa
“...
Sebuah ruangan berbentuk kubah yang memiliki banyak jendela besar. ...
menampilkan gambar dan video tempat-tempat di bumi. ...”
b. Waktu
v Siang
Hari
“
Embun yang membasahi permukaannya seakan-akan memanggil Areta untuk
mencicipinya di hari yang luar biasa terik ini”
v Malam
Hari
“Areta
melontarkan keinginannya, di tengah momen makan malam bersama Papa dan Mama
yang sangat langka.”
v Pagi
Hari
“”Selamat
pagi, Areta.””
v Hari
Kedua
“Hari
kedua di Museum Trinil. ...”
v Hari
Ketiga
“Hari
ketiga, Areta menyempatkan diri untuk megelilingi rumah neneknya terlebih
dahulu sebelum mengunjungi museum lagi hari ini.”
v Lima
Belas Menit Menjelang Keberangkatan
“Lima
belas menit menjelang kebrangkatan, kereta Sri Tanjung dari Banyuwangi tampak
memasuki stasiun.”
v Menjelang
Senja
“Hari
menjelang senja ketika motor Reza berhenti di depan rumah Nenek Maheswari.”
v Keesokan
Harinya
“...
keesokan harinya, rombongan turis yang dikatakan Reza juga tengah berada di
Museum Trinil. ...”
v Tengah
Malam
“Areta
terbangun di tengah malam.”
v Tiga
Bulan Kemudian
“Tiga
bulan kemudian, saat membuka mata....”
c. Suasana
v Takut
“Seruan
Pak Satria membahana, ... Tak ada yang berani duduk tegak. Semua mata
tertunduk, ...”
v Kaget
“...
mulut Areta baru saja ternganga lebar. Tercengang. ...”
v Canggung
“...
cowok itu ternyata sudah tiba di belakangnya, dan dengan reflek menahan
tubuhnya. ... Areta sedikit tergagap.”
v Marah
“Areta
tak peduli. Ia segera menuju kamar yang ditempati Pak Dhiro. Mengetuknya
keras-keras. ...”
v Sepi
“...
Rumah Areta memang selalu sepi ....”
v Bahagia
“....
Ada nada bahagia tersirat di dalmnya...”
v Kurang
Nyaman
“Areta
geleng-geleng kepala. Bagaimana dia bisa tidur dikelilingi aroma bunga seperti
ini.”
v Pengap
“...
Sesaat, Areta merasa napasnya sedikit sesak. .... Ya, kamar ini tidak
berjendela .... Pantas saja terasa begitu pengap.”
v Aneh
“...
langkah Areta mendadak terhenti. Ada cahay terang menyelinap di sela-sela bawah
pintu. Juga terdengar suara lirih ...”
v Bersemangat
“Pujian
Harry membuat Areta sumringah....”
v Panik
“”Areta,
kamu jangan nekat!””
v Lengang
“...
Dan Areta masih tidak melihat manusia berlalu-lalang. ...”
v Mencekam
“...
Aroma mistis itu kian terasa. Kursi yang diam itu seakan-akan membuat gerakan
pelan. ...”
3.
Penokohan/Perwatakan
a. Areta
Masa bodoh, pandai, menyukai fosil, percaya
diri, tenang, cuek, penghayal, mudah terpesona, cantik, menarik, cerdik, keras
kepala, sopan, patuh, selalu ingin tahu, baik, pemberani
b. Bu
Eti
Ramah, baik
c. Pak
Satria
Galak, berwibawa
d. Silvi
Suka mencontek, ceplas-ceplos
e. Harry
Menyenangkan, sehobi dengan Areta, baik,
penuh rahasia,
f. Andri
Usil, perayu ulung, baik, menarik, perhatian
g. Mbak
Menik
Baik, perhatian
h. Papa
Baik, penuh rahasia
i. Mama
Anggun, baik, cuek namun penuh kasih
sayang
j. Pak
Dhiro
Baik, penurut
k. Tini
Penurut
l. Nenek
Maheswari
Aneh, misterius, anggun namun tegas,
jahat
m. Tukang
Becak
Lucu, baik
n. Reza
Playboy, menawan, perayu ulung, lucu, jahat
o. Raja
Pithe/Raja Cahaya/Raja Blark
Pemaksa, jahat
p. Mala
Baik, setia, penyanyang
q. Prajurit
Pithe
Penurut
r. Perempuan
Kubah Hutan
Baik
s. Pithe
Mlaar
Baik, penuh kasih sayang, cerdik
4.
Sudut Pandang
Orang
ke-3 Pengamat
5.
Tema
Misteri
di Balik Penemuan Fosil Manusia Purba “Pithecanthropus
Erectus”
6.
Suasana
Tegang
7.
Amanat
Turutilah
apa yang orang tua perintahkan kepada kita, selagi itu baik
B. Hubungan Antarunsur
Intrinsik
1.
Tema dan Alur
Tema adalah ide pokok atau gagasaan utama yang hendak disampaikan pengarang
kepada pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan pengarang harus menciptakan
cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab
akibat (alur). Adanya sebab akibat tersebut haruslah mutlak, supaya cerita
lebih jelas dan tema mudah di temukan. Sebaliknya untuk menentukan tema dapat
dilihat dari konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian dari alur.
Tema Novel
Gerbang Trinil adalah tentang sebuah pengungkapan misteri di balik penemuan
fosil manusia purba “Pithecanthropus
Erectus”. Untuk membawa menuju ke tema ini, penulis membuat cerita mengenai
Areta Prameswari, seorang gadis yang tergila-gila dengan paleontologi.
Konflik di
dalam novel ini, muncul ketika Areta berkunjung ke rumah neneknya, Nenek
Maheswari dan menemukan fosil yang menurut neneknya adalah sosok bibinya. Dari
hal tersebutlah, muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di
dalam Novel Gerbang Trinil.
2.
Tema dan Perwatakan
Untuk menyampaikan ide atau gagasan utama, diperlukan pembawa gagasan untuk
berupa pelaku atau tokoh-tokoh cerita. Biasanya pembawa gagasan utama adalah
tokoh-tokoh utama, sementara tokoh lain merupakan tokoh latar yang memperkuat
penokohan tokoh utama dan gagasan yang dibawanya.
Menurut Nurgiyantoro (2005;74), tokoh-tokoh utama ditugasi untuk
menyampaikan tema yang dimaksudkan pengarang baik secara langsung maupun tidak
langsung, yaitu melalui tingkah laku, pikiran, perasaan, dan berbagai peristiwa
yang dialami tokoh.
Novel ini
bertemakan tentang pengungkapan misteri. Dari tema tersebut, Areta Prameswari
digambarkan sebagai seorang yang cerdik, keras kepala, selalu ingin tahu, dan
pemberani. Berkat kecerdikan dan keberaniannya tersebut, Areta dapat keluar
dari Kubah Luar Angkasa, tempat tinggal manusia purba “Pithecanthropus Erectus”. Sehingga dapat menyelamatkan penduduk
bumi yang diculik oleh Pithe dan mengungkap misteri di balik sering
ditemukannya jenis fosil yang sama namun masih terlihat baru di bumi.
3.
Setting dan Perwatakan
Tokoh-tokoh di dalam sebuah cerita memerlukan ruang, saat, dan keadaan sosial tempat mereka melakukan sesuatu. Ruang, saat, dan keadaan tersebut
berpengaruh pula terhadap tokoh dan penokohan.
Tokoh-tokoh
di dalam Novel Gerbang Trinil mayoritas memiliki hubungan dengan paleontologi. Hal
ini mendukung dengan tema yang diangkat dalam novel. Selain itu, sesuai dengan
judulnya, novel ini berlatar belakang Kota Ngawi, yang mana merupakan letak
Museum Trinil. Selain berlatar belakang Kota Ngawi, yang mana juga merupakan
kediaman Nenek Maheswari, novel ini di awal cerita juga berlatar belakang Kota
Surabaya, yang mana merupakan kediaman Areta sekeluarga.
Dari
sinilah, salah satu perwatakan Areta, yaitu penasaran alias selalu ingin tahu,
dibangun. Areta penasaran kenapa ia sekeluarga jarang sekali berkunjung ke
rumah neneknya yang sebenarnya masih cukup dekat jaraknya. Padahal, hanya
neneklah satu-satunya orang tua yang masih dimiliki orang tuanya.
BAB III
ANALISIS
UNSUR EKSTRINSIK
A. Nilai-nilai Kehidupan
1.
Nilai Moral
Di dalam bab
10 halaman 94, novel menceritakan Areta yang tetap bertingkah sopan terhadap
Nenek Maheswari. Padahal, pada bab sebelumnya, Areta dibuat sangat marah dan
takut oleh Nenek Maheswari akibat ceritanya tentang Bibi Tyar. Bahkan, setelah
kejadian itu Areta bergegas pulang ke Surabaya. Dari sini dapat dipetkik 1
nilai moral, yaitu semarah apapun kita terhadap orang tua, kita tetap harus
bertingkah sopan kepada mereka.
2.
Nilai Agama
Novel ini
tidak menyinggung sama sekali perihal agama. Karena, seperti yang telah kita
ketahui di awal, novel ini bergenre science fiction bercampur fantasi.
Sehingga, terlihat kurang cocok apabila menyinggung masalah agama. Namun, meski
begitu masih ada nilai agama yang dapat diambil dari novel ini. Di akhir-akhir
bab novel ini, seringkali menceritakan tentang penyebab Bangsa Pithe
meninggalkan bumi, yaitu akibat rusaknya bumi. Dari sini, kita dapat mengambil
nilai agama, yaitu tentang pentingnya bersyukur. Kita harus bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kehendak-Nya, manusia diciptakan jauh lebih
sempurna dibandingkan Bangsa Pithe. Hal ini terlihat ketika keadaan bumi rusak,
sehingga Bangsa Pithe harus mencari tempat tinggal baru, sedangkan manusia
masih tetap mampu menempati bumi.
3.
Nilai Sosial
Salah satu
nilai sosial yang terkandung dalam novel tersebut adalah ketika seorang pelajar
mendapatkan nilai baik sedangkan temannya yang lain tidak mendapatkan nilai
baik akibat pelajar tersebut tidak mau memberikan jawaban kepada temannya, maka
pelajar tersebut pasti akan digunjing dan dikucilkan temannya. Hal ini nampak
pada bab 1 halaman 9. Disana diceritakan, Areta diolok-olok oleh temannya,
Silvi, karena di antara semua siswa hanya dia yang tidak remedi dan dia tidak
mau membagi jawaban satupun kepada temannya.
4.
Nilai Budaya
Budaya yang
terkandung di dalam novel ini adalah ketika seseorang terlihat aneh di
lingkungan, maka masyarakat akan menjauhinya. Hal ini nampak pada bab 8 halaman
73. Di bagian tersebut, diceritakan bahwasanya Nenek Maheswari dijauhi oleh
masyarakat sekitar akibat begitu aneh perilakunya bahkan selayaknya tukang
sihir.
5.
Nilai Pendidikan
Di bab-bab
akhir novel ini, seringkali menceritakan tentang kehidupan Bangsa Pithe dan
manusia di masa lampau. Disana, diceritakan bahwasanya keadaan bumi masih
sangat memadai untuk ditinggali oleh Bangsa Pithe dan manusia. Namun, beberapa
tahun kemudian, akibat keserakahan manusia, manusia mulai merusak bumi.
Sehingga, keadaan bumi menjadi tidak layak lagi untuk ditinggali oleh Bangsa
Pithe.
Dan akhirnya
Bangsa Pithe memilih untuk meninggalkan bumi. Dari sini, dapat diambil nilai
pendidikan. Yaitu sebagai generasi muda penerus peradaban dunia, sudah
selayaknya kita menjaga kelestarian bumi tempat tinggal kita. Sehingga, apa
yang terjadi dengan Bangsa Pithe di masa lalu tidak terjadi dengan anak cucu
kita di masa depan akibat keserakahan kita dalam mengeksploitasi bumi terlalu
berlebihan tanpa memperhatikan keseimbangan alam.
B.
Keterkaitan Nilai-nilai Karya dengan Kehidupan Nyata
1. Nilai Moral
Dalam
kehidupan nyata, nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut jarang, bahkan
sulit sekali dilakukan oleh anak zaman sekarang. Anak zaman sekarang, ketika
merasa marah, ia akan menunjukkan bahwasanya ia marah.
2. Nilai Agama
Wujud rasa
syukur seperti yang tersirat dalam novel tersebut masih dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti contoh kecilnya, mengucap alhamdulillah. Masih
banyak orang yang mau mengucapkan hamdalah ketika bersyukur mendapat karunia
nikmat yang telah dilimpahkan oleh Sang Pencipta.
3. Nilai Sosial
Nilai sosial
yang terdapat dalam novel tersebut masih sangat mudah ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai seorang pelajar, saya kerap kali melihat keadaan itu. Oleh
karena itu, nilai yang dapat kita petik adalah, ketika kita berada di posisi
“Silvi” kita sebaiknya harus berfikir positif, barangkali “Areta” tidak mau
menconteki kita karena dia ingin ilmu kita bermanfaat, hasil dari jerih payah
kita sendiri. Sedangkan ketika kita berada di posisi “Areta” sebaiknya kita
juga tidak terlalu begitu. Karena pada dasarnya kita adalah makhluk sosial,
sehingga sudah sewajarnya kita membantu teman kita yang kesulitan, misalnya
ketika ulangan. Namun, tidak menjadi suatu kewajaran apabila kita justru
membantu semua jawaban. Intinya, bolehlah membantu, asal berada di tingkat
kewajaran.
4. Nilai Budaya
Budaya yang
terkandung dalam novel tersebut memang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Tapi, tidak semua orang seperti itu. Contohnya saja di desa saya. Di desa saya,
ada seorang pria “aneh”. Beliau mengaku dapat melihat Malaikat Izroil. Hal itu
dapat diterima oleh beberapa masyarakat desa saya. Karena terbukti, ketika akan
ada orang meninggal di desa saya, pria aneh tersebut pasti sudah “woro-woro”
kepada tetangga sekitar. Namun, ada juga masyarakat yang tidak percaya. Karena,
secara psikologi pria tersebut termasuk golongan orang kurang waras.
5. Nilai
Pendidikan
Menjaga
keseimbangan alam. Nilai tersebut masih dapat kita jumpai dalam lingkungan
kita. Contohnya saja di sekolah, kita dapat melihat bukti nyatanya karena
sekolah kita, SMAN 1 Genteng diangkat menjadi sekolah adiwiyata. Sudah barang
tentu, dibalik tersandangnya gelar tersebut karena masyarakat sekolah mau
menjaga kesimbangan alam.
BAB IV
REFLEKSI KARYA
Ø
Mewujudkan Nilai Karya Sastra dalam
Kehidupan Sehari-hari
1. Nilai Moral
Tetap santun
kepada orang tua ketika marah. Hal ini masih cukup sulit untuk saya lakukan.
Ketika merasa marah, saya memilih untuk menghindar dari orang tua. Dan ketika
berpapasanpun saya lebih memilih untuk diam.
2. Nilai Agama
Pentingnya
untuk bersyukur, seperti mengucap hamdalah. Refleksi nilai ini, sudah saya
lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan didikan orang tua saya
yang mengajarkan saya sejak kecil untuk selalu mengucap hamdalah ketika selesai
melakukan sesuatu dan ketika apa yang kita impi-impikan tercapai.
3. Nilai Sosial
Membantu
teman ketika kesulitan, seperti ketika ulangan. Jujur, saya tipikal orang yang
tergantung pada kecocokan dan kesesuaian suasana hati. Apabila saya memang
cocok dengan teman dan didukung oleh suasana hati saya sedang baik, maka meskipun
teman itu menjiplak jawaban saya akan saya beri. Tetapi, apabila sebaliknya,
saya pasti punya seribu alasan untuk menyanggahnya. Bahkan, tak jarang saya
mendiamkannya. Apalagi apabila teman tersebut hanya datang kepada saya saat dia
butuh.
4. Nilai Budaya
Mengucilkan
orang yang terlihat aneh. Ketika menghadapi masalah ini, saya tidak langsung
mengucilkannya. Saya akan mencari tahu alasan kenapa orang-orang menganggap dia
aneh dan mengucilkannya. Apabila hal itu tidak sesuai fakta, maka saya tidak akan
mengucilkan orang tersebut. Tetapi, pada dasarnya saya tipikal orang yang mudah
terpengaruh teman. Sehingga, ketika teman saya, terutama teman baik saya
menganggap seseorang aneh kemudian menjauhinya, maka saya juga akan
menjauhinya.
5. Nilai
Pendidikan
Menjaga
keseimbangan alam. Nilai ini sudah saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Terlihat ketika membuang sampah pada tempatnya. Apalagi ketika di rumah saya
mendapat jatah untuk membersihkan rumah setiap sore.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
analisis penulis, novel “Gerbang Trinil” sangat menarik untuk dibaca. Setiap
akhir babnya terdapat sesuatu layaknya sebuah akhir episode suatu sinetron.
Sehingga, membuat pembaca selalu penasaran dan ingin menelusurinya lebih jauh
lagi. Di samping itu, novel ini juga mengandung nilai-nilai yang mudah
direfleksikan oleh pembaca, melihat mudahnya nilai tersebut ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain nilai, kisah di dalam novel ini juga menarik.
Cocok untuk dibaca golongan pelajar. Terutama ketika menginjak bab-bab akhir
yang menceritakan tentang lingkungan tempat tinggal Bangsa Pithe. Di bagian
tersebut, seringkali diceritakan mengenai teknologi yang digunakan oleh Bangsa
Pithe. Meskipun hanya sekedar fantasi, namun tak hayal apabila suatu saat ada teknologi yang
terlahir menyerupai teknologi Bangsa Pithe ini, melihat kemajuan zaman dan
teknologi yang begitu pesat saat ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
penulis sangat menyarankan apabila novel “Gerbang Trinil” ini lebih dikenal
oleh generasi muda seperti golongan pelajar. Karena, di samping memberikan
nilai-nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, juga
memberikan pengetahuan yang dapat mematik pola pikir generasi muda terhadap
kemajuan perkembangan zaman. Sehingga, suatu saat nanti mampu lahir generasi
muda yang dapat membawa kemajuan peradaban dunia menuju ke arah yang jauh lebih
baik lagi.
BIOGRAFI SINGKAT PENGARANG
1.
Riawani Elyta

Penghargaan lomba menulis yang pernah ia raih antara
lain Pemenang 1 Resensi Buku Indiva (2008), Pemenang 2 Sayembara Cerber Femina
(2008), Pemenang Harapan Sayembara Cerber Femina (2009), Pemenang Hiburan
Feature Ufuk dalam Majalah Ummi (2009), Finalis Sayembara 100 % Roman Indonesia
Gagasmedia (2010), Pemenang Favorit
Lomba Menulis Cerpen Remaja Rohto- Lip Ice (2010), Pemenang 2 Sayembara Novel
Inspiratif Indiva (2010) dan Pemenang 1 Lomba Novel Remaja Bentang Belia
(2011).
Karya-karyanya yang telah terbit adalah novel Hati
Memilih (Bukune, 2011), Yang Kedua (Bukune, 2012) serta beberapa novel lainnya
dan 22 antologi bersama. First Time in Beijing ini adalah novelnya yang
kedelapan.
Ia bisa disapa lewat
Email :
tarapuccinogroup@yahoo.com
Facebook :
Riawani Elyta
Twitter :
@RiawaniElyta
Blog :
riawanielyta.blogspot.com.
2.
Syila Fatar
Syila Fatar adalah nama pena dari
Amalia Dewi F. Terlahir dan tinggal di Kota Mangga dan Anggur, Probolinggo, di
belahan timur Pulau Jawa. Semula, menulis hanya untuk mengisi waktu sembari
menunggu buah hatinya, kini malah menjadikan menulis sebagai luapan gelagak
imajinasinya. Beberapa karyanya berupa Kumpulan Cerpen (Bidukku Berlayar
Kembali) dan bebrapa antologi. Gerbang Trinil adalah novel pertamanya dengan Riawani
Elyta. Syila Fatar dapat dijumpai di :
Twitter : @liy_amalia
Facebook : Amalia Dewi F
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar