Rabu, 01 Oktober 2014

Sinopsis Novel Lovintrique



Seluk Beluk Novel
Judul Novel         : Lovintrique
Penulis                 : Wetry Febriana
Penerbit                : Media Kita
Jumlah Bab          : 13 Bab
Tema Bab             :
*     1. My Name is Stella
*     2. My Name is Shally
*     3. Stella`s Blue Word
*     4. Shally`s Blue Word
*     5. It`s Not a Sad Story, It`s a Tragedy
*     6. Killing Me Softly
*     7. Don`t Say You Love Me
*     8. Don`t Ask Me Why
*     9. Goes Undercover
*    10.How Dare You ?
*    11. Between Love and War
*    12. Behind the Scene
*    13. It`s not a Happy Ending, It`s a Beginning
Sinopsis Lovintrique
            04.30 am with Stella
            Kriiing!!!
            Dering weker yang nyaring mengusik tidur lelapku. Kucoba mengabaikannya, menarik selimut sampai menutupi kepala, dan membenamkan wajah ke bantal dalam-dalam. But, it doesn`t really work! Weker itu akan terus berdering, membuat kepalaku sakit. Lagipula, walaupun weker itu kumatikan, mama pasti akan muncul untuk mengajakku lari pagi. Lari pagi… padahal aku benci lari pagi!!
            Aku benci bangun pagi, setelah pulang syuting jam 23.00 WIB. Aku benci berlari, memeras keringat saat staminaku masih anjlok, dikuras kesibukan yang tak kenal jeda. Dan diatas itu aku benci mama atas semua ocehan dan omelannya. Aku membencinya atas jutaan beban yang digantungkannya ke pundakku saat aku masih ingin bermain dan bersantai, menikmati masa remaja.
            “ Oh, come on, Stella! Kamu nggak akan mati hanya karena jogging pagi-pagi setiap hari. Malah itu bagus untuk kesehatanmu! “ ujar mama.
            “ Tapi Stel kan masih ngantuk, ma, “ keluhku sambil menguap dan menggeliat. “ Mama tahu kan, Stel baru pulang syuting jam sebelas malam. Habis itu masih harus belajar untuk ulangan Fisika. “
            Mendengar kata belajar, Mama mendengus.
            “ Belajar? What for, sweetheart? Kamu nggak butuh nilai sembilan untuk pelajaran Fisika kalau kamu bisa terus-menerus mendapat kontrak iklan seharga jutaan rupiah. Come on Stella darling, wanita cantik tidak dilahirkan untuk jadi ilmuwan. Kebanyakan mikir hanya akan membuat kenngmu berkerut, membuatmu lebih tua. Itu mengerikan, Sayang! “ celoteh Mama.
            Hal itulah yang kubenci dari mama, mama nggak tahu betapa bencinya aku distrap di depan kelas, lantaran lupa mengerjakan PR, teman sebangkuku, Shally menjulukiku dengan sebutan “Otak Udang”. Itu semua karena syuting, mama menjejaliku dengan syuting, syuting, dan syuting. Sebenarnya aku juga ingin protes, namun percuma nggak akan diladenin.
            “ Sudah dong, Sayang! Jangan cemberut gitu dong, ah! Klao ketemu wartawan atau penggemar, trus kamu difoto dengan ekspresi mengerikan itu…wah…wah…wah…bisa-bisa penggemarmu bisa pada kabur, “ ujar mama sambil berlari pelan di sebelahku.
            “ Biarin! “ jawabku ketus. “ Siapa suruh motret orang subuh-subuh? Coba aja kalau mau kameranya Stel ancurin. “
            Setelah cukup lama kami berdebat, akhirnya mama mulai membuka pembicaraan baru, yaitu tentang pemotretan nanti siang. Aku akan ada jadwal pemotretan nanti siang dengan Susan Zahn, yaitu fotografer ngetop yang berasal dari Amerika. Menurutku, Mama hanya melampiaskan keinginannya waktu remaja ingin menjadi artis kepadaku. 
            Mamaku sangat genit, puncaknya terjadi saat Mama tiba-tiba hamil , saat usianya baru 18 tahun. Dan yang menghamilinya adalah seorang pria yang sudah beristri. Begitulah aku lahir sebagai hasil perselingkuhan mama & papa. Memang sih, papa mau bertanggung jawab dengan cara mengorbankan istri pertamanya. Namun, tak lama setelah ulang tahunku ke-8, papa meninggal. Membuat mama menjadi janda kembang saat umurnya masih 26 tahun. Namun, sejak itu aku sudah menjadi artis. Sehingga bisa menambah pendapatan keluargaku.
            “ Jadi, nanti kamu sekolahnya sampai jam sepuluh ya sayang. Kita kan mesti ke salon biar cantik, “ celoteh mama.
            Aku melamun…..
            “ Stella! “ panggil mama.
            Aku menoleh, “ Apaan sih, Ma? “
            “ Kamu dengar nggak sih, Mama ngomong? Ntar kita ke salon dulu jam sepuluh. Janji dnegan Susan Zahn jam dua belas siang di Hotel Four Season, “ ulang Mama.
            “ Aku tersengat, “ Apa? No way, Mam! Stel ada ulangan Fisika jam sepuluh! “
            “ Kamu kan bisa ulangan susulan, Sayang. “
            “ Setelah Stell belajar semalam suntuk, no thank`s! “ Aku berdiri gontai & melangkah pulang untuk segera bersiap-siap menuju sekolah.
            05.18 am with Shally
            Bukan weker yang membangunkanku, melainkan bunyi orang tuaku yang sedang bertengkar. Kucoba mengabaikan semua itu, namun tetap saja nggak bisa sehingga membuatku terjaga dan menangis. Aku tahu kenapa orang tuaku bertengkar, hal ini dikarenakan perselingkuhan papaku dengan artis terbaru yang bernama Anggia.
            Papaku adalah aktor ternama yang bernama Marco Budianta. Sehingga nggak heran banyak digandrungi artis terbaru seperti Anggia. Papa sering menjadikan Anggia sebagai aktris utama di filmnya, karena filmnya pasti laku keras. Namun, bukan karena kemampuan akting Anggia yang bagus, tapi karena banyaknya adegan erotis di dalamnya. Sehingga ditarik dari peredaran, dan dari situ pulalah perselingkuhan papa terbongkar.
            06.45 am with Stella & Shally
            Masih cukup pagi untuk mereka berdua ada di sekolah. Bagi Shally itu lebih bagus daripada harus melihat orang tuanya bertengkar. Namun, itu semua sama saja, percuma. Karena di sekolah ia juga bertengkar dengan Stella masalah garis batas wilayah meja mereka. Namun, kali ini mereka nggak jadi bertengkar karena ada seorang murid cowok baru yang bernama Jasson. Dan hal ini membuat mereka jatuh cinta terhadap cowok yang sama.
            Akhirnya, bel tanda masukpun berbunyi, tanda ulangan fisika dimulai. Setelah selesai mengerjkan ulangan fisika, Stella meminta ijin untuk mengikuti janji pemotretan dengan Susan Zahn.
            Setelah selesai pemotretan, aku menuju Restoran Padang Sederhana Baru untuk mengisi perutku. Lalu, aku on the way ke tempat syuting sinetron sehidup semati. Disana, aku syuting dengan lawan mainku, Robby.
            Setelah selesai syuting, aku menunggu jemputan mama dengan ditemani Robby. Sebenarnya Robby menawariku untuk pulang bersamanya, namun aku menolak, karena aku sudah kapok. Dulu, aku pernah diajak Robby pulang bareng, tapi ternyata aku malah diajak ke diskotik. Akupun kapok. Asal kalian tahu, aku bukan tipe artis seperti itu. Tak lama kemudian, mamapun datang. Sesampainya di rumah, akupun langsung tidur. Tapi, setelah aku ingat ulangan sejarah, akupun segera belajar. Lalu, setelah itu baru aku tidur. Jadi, salah besar kalu kalian mengira jadi artis identik dengan hidup senang.!
            10.00 am with Stella
            Pagi harinya saat Bu Delima membagikan hasil ulangan Fisika, aku nggak percaya dengan nilaiku yang mendapat nilai 80. Ternyata, nilai tertinggi diraih oleh Jason, kedua aku, ketiga Shally. Aku nggak percaya….!!!
            Setelah pulang sekolah, aku ditawari Jason untuk pulang bareng. Namun, karena aku udah dijemput mama akhirnya nggak jadi. Karena aku nggak mau, akhirnya Jasson menawari Shally. Dan ternyata Shally mau. Aku bete banget lihat Shally bercanda sama Jasson. Dan tambah bete saat mama tidak menghargai hasil ulangan Fisikaku. Dan akhirnya, aku & mama bertengkar di dalam mobil. Dalam hal ini, aku & mama bertengkar dalam arti sebenarnya.
            Karena pertengkaran itu, mama malas bertegur sapa denganku. Dan hal ini membuat waktu belajarku semakin banyak. Akupun menyuruh Om Hendar ( pengacaraku ) mencarikan seorang guru privat. Tak lama kemudian, Mbak Dewi ( guru privatku ) datang.
            Setelah belajar, aku bersiap-siap menuju ke tempat syuting sehidup semati. Sepulang syuting, aku menunggu mama dengan ditemani Robby. Robby mengajakku ke Lamborghini  (sebuah diskotik ). Namun aku menolaknya. Setelah basa-basi sedikit, Robby menyatakan perasaannya kepadaku. Aku tak menjawab.
            Suasana menjadi canggung. Akupun menelepon mama. Ternyata, mama nggak bisa jemput aku. Akupun mengeluh. Robby menawarkanku agar mau diantarnya. Terpaksa, akupun mau. Sepanjang perjalanan aku tertidur. Satu jam kemudian aku sampai di rumah. Sebelum aku turun, Robby kembali menyatakan perasaannya kepadaku. Akupu menjawab, “ Ntar gue pikirin dulu, “. Sesampai di rumah, aku segera tidur.
            06.00 pm with Shally
            Sepulang dari tempat Bimbelku di Gandaria, aku mampir ke mal, membeli kue tart. Besok adalah anniversary pernikahan orang tuaku yang ke-17. Aku ingin memberi kejutan pada mereka. Sesampainya di rumah, rumah kelihatan begitu sepi. Tapi, Nissan Terano yang biasa dipakai papa terlihat di garansi. Aku mempercepat langkah, hatiku gembira, ingin bertemu papa.
            “ Aku pulang! “ teriakku sambil membuka pintu. Pintu di hadapanku terbuka lebar. Ada darah dimana-mana. Papa berdiri di di depan tubuh mama dengan baju yang berlumuran darah. Dan mendadak tubuhku limbung. Aku memekik, histeris, menjerit seperti orang gila. Aku berteriak menuduh papa yang membunuh mama. Namun papa tidak terima dengan tuduhanku sehingga aku mendapat sebuah tamparan dari papa. Ini kali pertama aku ditampar. Akupun pingsan. Setelah bangun, aku melihat sekeliling rumahku dipenuhi polisi & ambulans. Aku berkata dalam hati kalau sampai mama mati aku akan bunuh diri. Seorang polwan mendekatiku dan bertanya apakah saya ingin ditemani seseorang dan akupun menjawab saya ingin ditemani Bu Delima.
            05.00 am with Stella
            Aku bangun sambil tersentak kaget nggak percaya berita kata mama. Mama berkata bahwa, Marco Budianta ( Papa Shally ) ditahan polisi karena dicurigai mencoba membunuh istrinya. Akupun meminta mama untuk mengantarkan aku ke rumah Shally.
            Rumah Shally tampak lengang saat kami tiba disana. Gelap dan muram. Banyak wartawan & polisi.
            Sekolah terlihat begitu murung. Aku menatap bangku sebelahku tak ada yang menempati. Aku merasa kehilangan makhluk jutek itu. Bu Delima mengumumkan, bahwa Tante Miranda      (Ibunya Shally) dirawat di Rumah Sakit MMC di Kuningan.
            Saat waktu istirahat, Jasson mendekatiku dan bercerita mengapa aku dibenci Shally. Ternyata, baginya semua artis sama saja, dia menganggap aku sama dengan Anggia. Setelah cukup lama membicarakan masalah Shally, tiba-tiba Jason menyatakan perasaannya kepadaku. Namun, aku tak menjawab.
            Sepulang sekolah, aku memikirkan perkataan Jason. Dan itu membuatku berhalusinasi dan berteriak. Sehingga membuat mama meneriakiku. Setelah itu, aku diambilkan air putih, lalu bersiap-siap menuju Rumah Sakit untuk menjenguk Tante Miranda
Sesampainya di Rumah Sakit aku tidak melihat Shally. Hanya ada Om Marco dan Tante Diana yang sedang tergolek di ranjang. Setelah basa-basi sebentar, kami mulai membicarakan Shally.
“ Dan buruknya lagi, anakku Shally malah menuduhku membunuh ibunya. Sampai-sampai aku diperiksa polisi semalaman, “ keluh Om Marco. Mama mencoba menenangkan Om Marco.
“ Saya sebangku dengan Shally Om, “ kataku. Mata Om Marco melebar. “ Oh, ya? “. “Emang Shally nggak pernah cerita Om?” aku balas bertanya. Om Marco tertawa getir. Mendadak wajahnya diliputi perasaan bersalah. “ Stella kayak nggak tahu aja kesibukan saya, “ ujar Om Marco seraya memandang Mamaku. Kegusaran hatiku menjadi-jadi.
“ Iya, sibuk ngencanin cewek-cewek seksi, kan? “ semburku. “ Kenapa sih Om nggak pernah cukup dengan apa yang ada ? Emangnya Tante Miranda kurang apa ? Beliau cantik, anggun, dan setia bertahan di sisi Om, saat Om sibuk menebar cinta dimana-mana. Om juga punya putri yang luar biasa cantik dan pintar. Om sadar nggak sih, Om sudah membuat keluarga Om menderita ? Om bahkan tak peduli dengan Shally ! Om nggak tahu betapa anehnya dia ! Kesepian, tak punya teman. Shally menderita, Om ! Om pasti nggak tahu itu kan ? Memangnya Om pikir, Om siapa ? “ bentakku dengan napas memburu.
“ STELLA !!! “ hardik mamaku, tampak luar biasa marah. Marco Budianta terpana, menatapku dengan tatapan tak percaya. Setelah itu, kami pun pamit pulang.
“ Kamu benar-benar memalukan, Stella, “ Mama berdecak kesal. “ Mama benar-benar kehilangan muka di depan Marco ! Mestinya kamu itu berpikir, kamu itu siapa ? Sekedar kolega di dunia seni peran, nggak lebih ! kamu nggak punya hak menyerang orang secara pribadi ! itu sangat tidak sopan, Stella !!! kamu sudah menyinggung perasaan beliau, tau nggak ?! “ Aku terdiam, jujur aku tadi kelepasan, dan kini merasa bersalah. Mama benar, aku bukan siapa-siapa.
“ Walaupun yang kamu bilang itu benar, kamu sama sekali tak punya hak berkata seperti itu pada orang yang nggak terlalu kamu kenal. Emangnya kamu berbicara sebagai siapa ? Kamu bahkan tak berteman sama sekali dengan Shally. “
“ Kami berteman, “ bantahku.
“ Oh….., ya ? Lantas kenapa kamu nggak pernah cerita pada mama ? Kenapa tak sekalipun Mama melihatmu main dengan anak itu ? Kenapa tak sekalipun kamu mengundangnya ke rumah ? Bahkan, Mama sama sekali nggak tahu anaknya yang mana ! “ sergah Mama kesal.
Well, mungkin kami nggak berteman, tapi apa salahnya aku membela Shally ? Om Marco perlu tahu kalau anaknya menderita. Dan itu juga merupakan salah satu alasan kenapa ia ingin berhenti menjadi artis, ia tidak ingin suatu saat nanti anaknya menderita.
Baru dua hari kemudian, aku melihat Shally sudah masuk sekolah. Aku ingin menyapanya. Tapi, saat itu ia digeromboli teman-teman yang ingin menghiburnya. Tak lama kemudian, bel istirahatpun berbunyi.
“ Stella ! “ panggil Shally begitu aku hendak beranjak ke kantin. Aku membalikkan badan, menoleh, “ Ada apa, Shal ? “ tanyaku lembut. Shally meremas tangannya. Kelihatan gugup dan salah tingkah memandangku. “ Lo nanti ada waktu nggak ? Gue mau ngomong. “ Ternyata, Shally mengajakku ke Mal Cinere di kawasan Jakarta Selatan.
“ Lo pasti heran kenapa gue ngajak lo kesini ? “ ujarnya sambil mengaduk gula di kopinya. Merekapun bercakap-cakap layaknya teman baik. Disana, Shally menjelaskan mengapa ia membenci Stella. Ternyata, ia membenci Stella karena profesi Stella dan juga saat Shally kecil, papanya sering membanggakan dan membanding-bandingkan Shally dengan Stella. Setelah menjelaskan itu semua Shally menangis dan meninggalkan Stella. Lalu, Stella menelepon Robby agar menjemputnya di Mal Cinere dan saat itu juga Stella menerima Robby menjadi kekasihnya.
06.00 pm with Shally
Aku nggak tahu kenapa akhirnya jadi seperti ini. Tadinya aku mengajak Stella bicara di Mall untuk memperbaiki hubungan kami. Itu semua kulakukan karena tanpa sengaja aku menguping Stella berbicara dengan papa tentang penderitaanku di sekolah. Tak bisa kupingkiri hal itu membuatku terharu. Tak lama lamunankupun buyar karena papa berkata bahwa mama membutuhkan darah AB. Darahku tidak cocok dengan Mama. Dan juga stok darah AB di Rumah Sakit sedang habis.
08.00 pm with Stella
Saat belajar dengan Kak Dewi, Stella disuruh Mamanya menghidupkan TV-nya sebentar. Ternyata, disiarkan bahwa Ibu Shally ( Tante Miranda ) kekurangan darah AB resus positif. Stella menyadari bahwa darahnya juga AB resus positif. Dan ia berniat ingin menyumbangkan darahnya.
08.00 pm with Shally
Marco Budianta berbicara pada anaknya bahwa belum menemukan golongan darah AB resus positif. Namun, tak lama kemudian, pihak Rumah Sakit memberitahu bahwa ada seorang pendonor darah AB resus positif.
12.00 am with Stella
Saat sepulang sekolah, Stella dikejar Jason tentang kepastian berita di infotainment tentang hubungannya dengan Robby. Dan Stellapun menjawab bahwa itu semua benar.
Keesokan harinya, di sekolah ada razia rutin dari kepolisian. Razia berlangsung ± 15 menit. Polisi berhasil menemukan 10 linting ganja, beberapa butir pil ekstasi, dua botol pil tidur, belasan majalah porno, dan beberapa senjata tajam.Semua siswa yang ditasnya terdapat benda haram itu dipanggil ke Ruang Guru. Termasuk aku. Ternyata ada seseorang yang ingin memfitnahku. Meskipun begitu, aku tetap dibawa ke Kantor Polisi.
Setibanya di Kantor Polisi, Robby datan & memelukku. Aku bertanya padanya apa itu ganjanya, ternyata bukan. Lalu, siapa ??!
Setelah pemeriksaan panjang, akupun pulang. Di rumah sudah banyak wartawan. Aku segera masuk. Di dalam rumah, aku diomeli mama, sehingga membuatku naik darah. Dan segera aku masuk kamar.
06.00 pm with Shally
Papa membanting tabloid yang memuat gosip Stella. Papa nggak percaya, akupun bertanya mengapa. Ternyata, Stella itu sangat baik, bahkan dia juga yang mendonorkan darahnya pada Mamaku. Aku menyesal melakukan itu semua dan aku akan membantunya.
07.00 pm with Stella
Aku bersiap-siap menghadiri sidang itu. Sesampainya disana, aku nggak percaya Shally menjadi saksi dalam kasusku.Setelah sidang berjalan, kini aku tahu siapa yang memfitnahku. Ternyata dia adalah Jason.
Om Hendar menggerutu kepadaku mengapa tak memberitahunya bahwa Jason satu kelas denganku. Setelah dijelaskan oleh Om Hendar, ternyata Jason adalah kakakku dari istri pertama almarhum papa.
Setelah sidang selesai, aku dikagetkan oleh Robby yang tiba-tiba muncul dan berkata selamat ulang tahun. Oh, ya aku sendiri sampai lupa kalau ini hari ulang tahunku. Robby memberikanku sebuah kotak dari sakunya. Namun, tak kutunjukkan kepada Shally. Dan Shally penasaran. Shally menebak isinya yaitu pil KB.
8 Bulan Kemudian…
“ Selamat ya, Stel. Akhirnya lo masuk juga ke tempat yang lo idam-idamkan, FKUI! “ Shally memberi selamat.
“ Lo juga Shal ! Beasiswa dari Nanyang University! W.O.W banget!! “
Cukup lama mereka bernostalgia, tiba-tiba handphone Stella berdering dan ternyata assisten Susan Zahn. Ia berkata bahwa Stella diangkat dalam majalahnya. Namun, Stella menolak karena ia ingin mementingkan kuliahnya.
Setelah itu Shally & Stella membicarakan masalah kado ulang tahun Robby untuk Stella. Shally menebak bahwa itu isinya pil KB… Lalu mereka tertawa terbahak-bahak dan saling berkejaran……….
~ * SELESAI * ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Kunjungan Situs Sangiran

“Laporan Kunjungan Situs Sangiran” 12. Dini Nur Azizah Kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 1 Genteng Tahun Ajaran 2016/2017 ...