Seluk
Beluk Novel
Judul Novel :
Lovintrique
Penulis :
Wetry Febriana
Penerbit :
Media Kita
Jumlah Bab :
13 Bab
Tema Bab :













Sinopsis
Lovintrique
04.30
am with Stella
Kriiing!!!
Dering
weker yang nyaring mengusik tidur lelapku. Kucoba mengabaikannya, menarik
selimut sampai menutupi kepala, dan membenamkan wajah ke bantal dalam-dalam.
But, it doesn`t really work! Weker itu akan terus berdering, membuat kepalaku
sakit. Lagipula, walaupun weker itu kumatikan, mama pasti akan muncul untuk
mengajakku lari pagi. Lari pagi… padahal aku benci lari pagi!!
Aku
benci bangun pagi, setelah pulang syuting jam 23.00 WIB. Aku benci berlari,
memeras keringat saat staminaku masih anjlok, dikuras kesibukan yang tak kenal
jeda. Dan diatas itu aku benci mama atas semua ocehan dan omelannya. Aku
membencinya atas jutaan beban yang digantungkannya ke pundakku saat aku masih
ingin bermain dan bersantai, menikmati masa remaja.
“
Oh, come on, Stella! Kamu nggak akan mati hanya karena jogging pagi-pagi setiap
hari. Malah itu bagus untuk kesehatanmu! “ ujar mama.
“
Tapi Stel kan masih ngantuk, ma, “ keluhku sambil menguap dan menggeliat. “
Mama tahu kan, Stel baru pulang syuting jam sebelas malam. Habis itu masih
harus belajar untuk ulangan Fisika. “
Mendengar
kata belajar, Mama mendengus.
“
Belajar? What for, sweetheart? Kamu nggak butuh nilai sembilan untuk pelajaran
Fisika kalau kamu bisa terus-menerus mendapat kontrak iklan seharga jutaan
rupiah. Come on Stella darling, wanita cantik tidak dilahirkan untuk jadi
ilmuwan. Kebanyakan mikir hanya akan membuat kenngmu berkerut, membuatmu lebih
tua. Itu mengerikan, Sayang! “ celoteh Mama.
Hal
itulah yang kubenci dari mama, mama nggak tahu betapa bencinya aku distrap di
depan kelas, lantaran lupa mengerjakan PR, teman sebangkuku, Shally menjulukiku
dengan sebutan “Otak Udang”. Itu
semua karena syuting, mama menjejaliku dengan syuting, syuting, dan syuting.
Sebenarnya aku juga ingin protes, namun percuma nggak akan diladenin.
“
Sudah dong, Sayang! Jangan cemberut gitu dong, ah! Klao ketemu wartawan atau
penggemar, trus kamu difoto dengan ekspresi mengerikan
itu…wah…wah…wah…bisa-bisa penggemarmu bisa pada kabur, “ ujar mama sambil
berlari pelan di sebelahku.
“
Biarin! “ jawabku ketus. “ Siapa suruh motret orang subuh-subuh? Coba aja kalau
mau kameranya Stel ancurin. “
Setelah
cukup lama kami berdebat, akhirnya mama mulai membuka pembicaraan baru, yaitu
tentang pemotretan nanti siang. Aku akan ada jadwal pemotretan nanti siang
dengan Susan Zahn, yaitu fotografer ngetop yang berasal dari Amerika.
Menurutku, Mama hanya melampiaskan keinginannya waktu remaja ingin menjadi
artis kepadaku.
Mamaku
sangat genit, puncaknya terjadi saat Mama tiba-tiba hamil , saat usianya baru
18 tahun. Dan yang menghamilinya adalah seorang pria yang sudah beristri.
Begitulah aku lahir sebagai hasil perselingkuhan mama & papa. Memang sih,
papa mau bertanggung jawab dengan cara mengorbankan istri pertamanya. Namun,
tak lama setelah ulang tahunku ke-8, papa meninggal. Membuat mama menjadi janda
kembang saat umurnya masih 26 tahun. Namun, sejak itu aku sudah menjadi artis.
Sehingga bisa menambah pendapatan keluargaku.
“
Jadi, nanti kamu sekolahnya sampai jam sepuluh ya sayang. Kita kan mesti ke
salon biar cantik, “ celoteh mama.
Aku
melamun…..
“
Stella! “ panggil mama.
Aku
menoleh, “ Apaan sih, Ma? “
“
Kamu dengar nggak sih, Mama ngomong? Ntar kita ke salon dulu jam sepuluh. Janji
dnegan Susan Zahn jam dua belas siang di Hotel Four Season, “ ulang Mama.
“
Aku tersengat, “ Apa? No way, Mam! Stel ada ulangan Fisika jam sepuluh! “
“
Kamu kan bisa ulangan susulan, Sayang. “
“
Setelah Stell belajar semalam suntuk, no thank`s! “ Aku berdiri gontai &
melangkah pulang untuk segera bersiap-siap menuju sekolah.
05.18
am with Shally
Bukan
weker yang membangunkanku, melainkan bunyi orang tuaku yang sedang bertengkar.
Kucoba mengabaikan semua itu, namun tetap saja nggak bisa sehingga membuatku
terjaga dan menangis. Aku tahu kenapa orang tuaku bertengkar, hal ini
dikarenakan perselingkuhan papaku dengan artis terbaru yang bernama Anggia.
Papaku
adalah aktor ternama yang bernama Marco Budianta. Sehingga nggak heran banyak
digandrungi artis terbaru seperti Anggia. Papa sering menjadikan Anggia sebagai
aktris utama di filmnya, karena filmnya pasti laku keras. Namun, bukan karena
kemampuan akting Anggia yang bagus, tapi karena banyaknya adegan erotis di
dalamnya. Sehingga ditarik dari peredaran, dan dari situ pulalah perselingkuhan
papa terbongkar.
06.45
am with Stella & Shally
Masih
cukup pagi untuk mereka berdua ada di sekolah. Bagi Shally itu lebih bagus
daripada harus melihat orang tuanya bertengkar. Namun, itu semua sama saja,
percuma. Karena di sekolah ia juga bertengkar dengan Stella masalah garis batas
wilayah meja mereka. Namun, kali ini mereka nggak jadi bertengkar karena ada
seorang murid cowok baru yang bernama Jasson. Dan hal ini membuat mereka jatuh
cinta terhadap cowok yang sama.
Akhirnya,
bel tanda masukpun berbunyi, tanda ulangan fisika dimulai. Setelah selesai
mengerjkan ulangan fisika, Stella meminta ijin untuk mengikuti janji pemotretan
dengan Susan Zahn.
Setelah
selesai pemotretan, aku menuju Restoran Padang Sederhana Baru untuk mengisi
perutku. Lalu, aku on the way ke tempat syuting sinetron sehidup semati.
Disana, aku syuting dengan lawan mainku, Robby.
Setelah
selesai syuting, aku menunggu jemputan mama dengan ditemani Robby. Sebenarnya
Robby menawariku untuk pulang bersamanya, namun aku menolak, karena aku sudah
kapok. Dulu, aku pernah diajak Robby pulang bareng, tapi ternyata aku malah
diajak ke diskotik. Akupun kapok. Asal kalian tahu, aku bukan tipe artis
seperti itu. Tak lama kemudian, mamapun datang. Sesampainya di rumah, akupun
langsung tidur. Tapi, setelah aku ingat ulangan sejarah, akupun segera belajar.
Lalu, setelah itu baru aku tidur. Jadi, salah besar kalu kalian mengira jadi
artis identik dengan hidup senang.!
10.00
am with Stella
Pagi
harinya saat Bu Delima membagikan hasil ulangan Fisika, aku nggak percaya
dengan nilaiku yang mendapat nilai 80. Ternyata, nilai tertinggi diraih oleh
Jason, kedua aku, ketiga Shally. Aku nggak percaya….!!!
Setelah
pulang sekolah, aku ditawari Jason untuk pulang bareng. Namun, karena aku udah
dijemput mama akhirnya nggak jadi. Karena aku nggak mau, akhirnya Jasson
menawari Shally. Dan ternyata Shally mau. Aku bete banget lihat Shally bercanda
sama Jasson. Dan tambah bete saat mama tidak menghargai hasil ulangan Fisikaku.
Dan akhirnya, aku & mama bertengkar di dalam mobil. Dalam hal ini, aku
& mama bertengkar dalam arti sebenarnya.
Karena
pertengkaran itu, mama malas bertegur sapa denganku. Dan hal ini membuat waktu
belajarku semakin banyak. Akupun menyuruh Om Hendar ( pengacaraku ) mencarikan
seorang guru privat. Tak lama kemudian, Mbak Dewi ( guru privatku ) datang.
Setelah
belajar, aku bersiap-siap menuju ke tempat syuting sehidup semati. Sepulang
syuting, aku menunggu mama dengan ditemani Robby. Robby mengajakku ke
Lamborghini (sebuah diskotik ). Namun
aku menolaknya. Setelah basa-basi sedikit, Robby menyatakan perasaannya
kepadaku. Aku tak menjawab.
Suasana
menjadi canggung. Akupun menelepon mama. Ternyata, mama nggak bisa jemput aku.
Akupun mengeluh. Robby menawarkanku agar mau diantarnya. Terpaksa, akupun mau.
Sepanjang perjalanan aku tertidur. Satu jam kemudian aku sampai di rumah.
Sebelum aku turun, Robby kembali menyatakan perasaannya kepadaku. Akupu
menjawab, “ Ntar gue pikirin dulu, “. Sesampai di rumah, aku segera tidur.
06.00
pm with Shally
Sepulang
dari tempat Bimbelku di Gandaria, aku mampir ke mal, membeli kue tart. Besok
adalah anniversary pernikahan orang tuaku yang ke-17. Aku ingin memberi kejutan
pada mereka. Sesampainya di rumah, rumah kelihatan begitu sepi. Tapi, Nissan
Terano yang biasa dipakai papa terlihat di garansi. Aku mempercepat langkah,
hatiku gembira, ingin bertemu papa.
“
Aku pulang! “ teriakku sambil membuka pintu. Pintu di hadapanku terbuka lebar.
Ada darah dimana-mana. Papa berdiri di di depan tubuh mama dengan baju yang
berlumuran darah. Dan mendadak tubuhku limbung. Aku memekik, histeris, menjerit
seperti orang gila. Aku berteriak menuduh papa yang membunuh mama. Namun papa
tidak terima dengan tuduhanku sehingga aku mendapat sebuah tamparan dari papa.
Ini kali pertama aku ditampar. Akupun pingsan. Setelah bangun, aku melihat
sekeliling rumahku dipenuhi polisi & ambulans. Aku berkata dalam hati kalau
sampai mama mati aku akan bunuh diri. Seorang polwan mendekatiku dan bertanya
apakah saya ingin ditemani seseorang dan akupun menjawab saya ingin ditemani Bu
Delima.
05.00
am with Stella
Aku
bangun sambil tersentak kaget nggak percaya berita kata mama. Mama berkata
bahwa, Marco Budianta ( Papa Shally ) ditahan polisi karena dicurigai mencoba
membunuh istrinya. Akupun meminta mama untuk mengantarkan aku ke rumah Shally.
Rumah
Shally tampak lengang saat kami tiba disana. Gelap dan muram. Banyak wartawan
& polisi.
Sekolah
terlihat begitu murung. Aku menatap bangku sebelahku tak ada yang menempati.
Aku merasa kehilangan makhluk jutek itu. Bu Delima mengumumkan, bahwa Tante
Miranda (Ibunya Shally) dirawat di
Rumah Sakit MMC di Kuningan.
Saat
waktu istirahat, Jasson mendekatiku dan bercerita mengapa aku dibenci Shally.
Ternyata, baginya semua artis sama saja, dia menganggap aku sama dengan Anggia.
Setelah cukup lama membicarakan masalah Shally, tiba-tiba Jason menyatakan
perasaannya kepadaku. Namun, aku tak menjawab.
Sepulang
sekolah, aku memikirkan perkataan Jason. Dan itu membuatku berhalusinasi dan
berteriak. Sehingga membuat mama meneriakiku. Setelah itu, aku diambilkan air
putih, lalu bersiap-siap menuju Rumah Sakit untuk menjenguk Tante Miranda
Sesampainya di Rumah
Sakit aku tidak melihat Shally. Hanya ada Om Marco dan Tante Diana yang sedang
tergolek di ranjang. Setelah basa-basi sebentar, kami mulai membicarakan
Shally.
“ Dan buruknya lagi,
anakku Shally malah menuduhku membunuh ibunya. Sampai-sampai aku diperiksa
polisi semalaman, “ keluh Om Marco. Mama mencoba menenangkan Om Marco.
“ Saya sebangku dengan
Shally Om, “ kataku. Mata Om Marco melebar. “ Oh, ya? “. “Emang Shally nggak
pernah cerita Om?” aku balas bertanya. Om Marco tertawa getir. Mendadak
wajahnya diliputi perasaan bersalah. “ Stella kayak nggak tahu aja kesibukan
saya, “ ujar Om Marco seraya memandang Mamaku. Kegusaran hatiku menjadi-jadi.
“ Iya, sibuk ngencanin
cewek-cewek seksi, kan? “ semburku. “ Kenapa sih Om nggak pernah cukup dengan
apa yang ada ? Emangnya Tante Miranda kurang apa ? Beliau cantik, anggun, dan
setia bertahan di sisi Om, saat Om sibuk menebar cinta dimana-mana. Om juga
punya putri yang luar biasa cantik dan pintar. Om sadar nggak sih, Om sudah
membuat keluarga Om menderita ? Om bahkan tak peduli dengan Shally ! Om nggak
tahu betapa anehnya dia ! Kesepian, tak punya teman. Shally menderita, Om ! Om
pasti nggak tahu itu kan ? Memangnya Om pikir, Om siapa ? “ bentakku dengan
napas memburu.
“ STELLA !!! “ hardik
mamaku, tampak luar biasa marah. Marco Budianta terpana, menatapku dengan
tatapan tak percaya. Setelah itu, kami pun pamit pulang.
“ Kamu benar-benar
memalukan, Stella, “ Mama berdecak kesal. “ Mama benar-benar kehilangan muka di
depan Marco ! Mestinya kamu itu berpikir, kamu itu siapa ? Sekedar kolega di
dunia seni peran, nggak lebih ! kamu nggak punya hak menyerang orang secara
pribadi ! itu sangat tidak sopan, Stella !!! kamu sudah menyinggung perasaan
beliau, tau nggak ?! “ Aku terdiam, jujur aku tadi kelepasan, dan kini merasa
bersalah. Mama benar, aku bukan siapa-siapa.
“ Walaupun yang kamu
bilang itu benar, kamu sama sekali tak punya hak berkata seperti itu pada orang
yang nggak terlalu kamu kenal. Emangnya kamu berbicara sebagai siapa ? Kamu
bahkan tak berteman sama sekali dengan Shally. “
“ Kami berteman, “
bantahku.
“ Oh….., ya ? Lantas
kenapa kamu nggak pernah cerita pada mama ? Kenapa tak sekalipun Mama melihatmu
main dengan anak itu ? Kenapa tak sekalipun kamu mengundangnya ke rumah ?
Bahkan, Mama sama sekali nggak tahu anaknya yang mana ! “ sergah Mama kesal.
Well, mungkin kami
nggak berteman, tapi apa salahnya aku membela Shally ? Om Marco perlu tahu
kalau anaknya menderita. Dan itu juga merupakan salah satu alasan kenapa ia
ingin berhenti menjadi artis, ia tidak ingin suatu saat nanti anaknya
menderita.
Baru dua hari kemudian,
aku melihat Shally sudah masuk sekolah. Aku ingin menyapanya. Tapi, saat itu ia
digeromboli teman-teman yang ingin menghiburnya. Tak lama kemudian, bel
istirahatpun berbunyi.
“ Stella ! “ panggil
Shally begitu aku hendak beranjak ke kantin. Aku membalikkan badan, menoleh, “
Ada apa, Shal ? “ tanyaku lembut. Shally meremas tangannya. Kelihatan gugup dan
salah tingkah memandangku. “ Lo nanti ada waktu nggak ? Gue mau ngomong. “
Ternyata, Shally mengajakku ke Mal Cinere di kawasan Jakarta Selatan.
“ Lo pasti heran kenapa
gue ngajak lo kesini ? “ ujarnya sambil mengaduk gula di kopinya. Merekapun
bercakap-cakap layaknya teman baik. Disana, Shally menjelaskan mengapa ia
membenci Stella. Ternyata, ia membenci Stella karena profesi Stella dan juga
saat Shally kecil, papanya sering membanggakan dan membanding-bandingkan Shally
dengan Stella. Setelah menjelaskan itu semua Shally menangis dan meninggalkan
Stella. Lalu, Stella menelepon Robby agar menjemputnya di Mal Cinere dan saat
itu juga Stella menerima Robby menjadi kekasihnya.
06.00 pm with Shally
Aku nggak tahu kenapa
akhirnya jadi seperti ini. Tadinya aku mengajak Stella bicara di Mall untuk
memperbaiki hubungan kami. Itu semua kulakukan karena tanpa sengaja aku
menguping Stella berbicara dengan papa tentang penderitaanku di sekolah. Tak
bisa kupingkiri hal itu membuatku terharu. Tak lama lamunankupun buyar karena
papa berkata bahwa mama membutuhkan darah AB. Darahku tidak cocok dengan Mama.
Dan juga stok darah AB di Rumah Sakit sedang habis.
08.00 pm with Stella
Saat belajar dengan Kak
Dewi, Stella disuruh Mamanya menghidupkan TV-nya sebentar. Ternyata, disiarkan
bahwa Ibu Shally ( Tante Miranda ) kekurangan darah AB resus positif. Stella
menyadari bahwa darahnya juga AB resus positif. Dan ia berniat ingin
menyumbangkan darahnya.
08.00 pm with Shally
Marco Budianta
berbicara pada anaknya bahwa belum menemukan golongan darah AB resus positif.
Namun, tak lama kemudian, pihak Rumah Sakit memberitahu bahwa ada seorang
pendonor darah AB resus positif.
12.00 am with Stella
Saat sepulang sekolah,
Stella dikejar Jason tentang kepastian berita di infotainment tentang
hubungannya dengan Robby. Dan Stellapun menjawab bahwa itu semua benar.
Keesokan harinya, di
sekolah ada razia rutin dari kepolisian. Razia berlangsung ± 15 menit. Polisi
berhasil menemukan 10 linting ganja, beberapa butir pil ekstasi, dua botol pil
tidur, belasan majalah porno, dan beberapa senjata tajam.Semua siswa yang
ditasnya terdapat benda haram itu dipanggil ke Ruang Guru. Termasuk aku.
Ternyata ada seseorang yang ingin memfitnahku. Meskipun begitu, aku tetap
dibawa ke Kantor Polisi.
Setibanya di Kantor
Polisi, Robby datan & memelukku. Aku bertanya padanya apa itu ganjanya,
ternyata bukan. Lalu, siapa ??!
Setelah pemeriksaan
panjang, akupun pulang. Di rumah sudah banyak wartawan. Aku segera masuk. Di
dalam rumah, aku diomeli mama, sehingga membuatku naik darah. Dan segera aku
masuk kamar.
06.00 pm with Shally
Papa membanting tabloid
yang memuat gosip Stella. Papa nggak percaya, akupun bertanya mengapa.
Ternyata, Stella itu sangat baik, bahkan dia juga yang mendonorkan darahnya
pada Mamaku. Aku menyesal melakukan itu semua dan aku akan membantunya.
07.00 pm with Stella
Aku bersiap-siap
menghadiri sidang itu. Sesampainya disana, aku nggak percaya Shally menjadi
saksi dalam kasusku.Setelah sidang berjalan, kini aku tahu siapa yang
memfitnahku. Ternyata dia adalah Jason.
Om Hendar menggerutu
kepadaku mengapa tak memberitahunya bahwa Jason satu kelas denganku. Setelah dijelaskan
oleh Om Hendar, ternyata Jason adalah kakakku dari istri pertama almarhum papa.
Setelah sidang selesai,
aku dikagetkan oleh Robby yang tiba-tiba muncul dan berkata selamat ulang
tahun. Oh, ya aku sendiri sampai lupa kalau ini hari ulang tahunku. Robby
memberikanku sebuah kotak dari sakunya. Namun, tak kutunjukkan kepada Shally.
Dan Shally penasaran. Shally menebak isinya yaitu pil KB.
8 Bulan Kemudian…
“ Selamat ya, Stel.
Akhirnya lo masuk juga ke tempat yang lo idam-idamkan, FKUI! “ Shally memberi
selamat.
“ Lo juga Shal !
Beasiswa dari Nanyang University! W.O.W banget!! “
Cukup lama mereka
bernostalgia, tiba-tiba handphone Stella berdering dan ternyata assisten Susan
Zahn. Ia berkata bahwa Stella diangkat dalam majalahnya. Namun, Stella menolak
karena ia ingin mementingkan kuliahnya.
Setelah itu Shally
& Stella membicarakan masalah kado ulang tahun Robby untuk Stella. Shally
menebak bahwa itu isinya pil KB… Lalu mereka tertawa terbahak-bahak dan saling
berkejaran……….
~
* SELESAI * ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar