Sabtu, 04 Agustus 2018

Laporan Kunjungan Situs Sangiran




“Laporan Kunjungan Situs Sangiran”




12. Dini Nur Azizah
Kelas XI MIPA 4
SMA Negeri 1 Genteng
Tahun Ajaran 2016/2017



A. Sejarah & Perkembangan

            Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (situs manusia purba) di Jawa, Indonesia. Menurut laporan UNESCO (1995), “Sangiran diakui oleh para ilmuwan untuk menjadi salah satu situs yang paling penting di dunia untuk mempelajari fosil manusia, disejajarkan bersama Situs Zhoukoudian (Cina), Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania), dan Sterkfontein (Afrika Selatan), dan lebih baik dalam penemuan daripada yang lain.”
            Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah). Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo-Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura Situs Sangiran menuju Desa Krikilan ±5 km.
            Situs Sangiran mempunyai luas sekitar 59,2 km² (SK Mendikbud 070/1997), secara administratif termasuk ke dalam 2 wilayah pemerintahan, yaitu Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo). Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh karena hal itu, dalam sidang ke-20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu “Warisan Budaya Dunia (World Heritage List)”Nomor : 593”.
            Pada awalnya, Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian melalui proses erosi sehingga membentuk depresi (permukaan tanah lebih rendah daripada permukaan air laut). Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau. Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi objek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra aksara terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
            Sejarah atau riwayat penelitian di Situs Sangiran bermula dari laporan GHR. Von Koeningswald yang menemukan sejumlah alat serpih dari bahan batuan jaspis dan kalsedon di sekitar bukit Ngebung, sebelah barat laut Situs Sangiran pada tahun 1934. Penelitian di situs ini menjadi semakin menarik dan berkelanjutan ketika pada tahun 1936 ditemukan fragmen fosil rahang bawah (mandibula) manusia purba Homo Erectus yang kemudian disusul oleh temuan fosil-fosil lainnya. Setelah masa pasca Koeningswald atau pada sekitar tahun 1960-an, penelitian terhadap fosil-fosil hominid dan paleontologis di situs ini kemudian diambil alih oleh para peneliti dari Indonesia (antara lain T. Jacob dan S. Sartono) serta terus berkelanjutan sampai sekarang.
            Sebenarnya, pada tahun 1893 Eugene Dubois, penemu fosil manusia purba Trinil, sebenarnya pernah mendatangi Sangiran, namun Dubois tidak tertarik dengan Sangiran yang kering dan tandus, sehingga Dubois mengalihkan penelitiannya ke Trinil. Penelitian yang sangat spektakuler terjadi ketika Puslit Arkenas melakukan kerja sama penelitian dengan Museum National d`Histoire Naturelle (MNHN), Perancis melalui ekskavasi (penggalian) besar-besaran selama 5 tahap (tahun 1989-1993) di bukit  Ngebung yang menghasilkan sejumlah temuan secara insitu (di dalam habitat aslinya) dan pertanggalan absolut yang sangat menarik. Penelitian Situs Sangiran semakin berkembang pesat belakangan ini setelah Balar Yogya ikut berpartisipasi langsung dan melakukan program penelitian secara intensif dan terpadu. 

B. Kondisi Objek Saat Ini

            Sebelumnya, saya pribadi belum pernah menginjakkan kaki di Sangiran. Sehingga, saya hanya dapat menjelaskan kondisi Sangiran saat ini tanpa membandingkan dengan kondisi sebelumnya.
            Ketika kita memasuki gerbang masuk lokasi Sangiran, tak jauh dari sana, kita akan disambut oleh patung kepala manusia purba seperti yang tampak pada gambar 1 di atas. Di belakang patung tersebut tersedia tempat parkir yang cukup luas bagi pengunjung situs sangiran. Di sekitar tempat parkir tersebut, kita akan dikejutkan oleh patung manusia purba berjenis kelamin laki-laki yang sedang telanjang seperti yang tampak pada gambar 3 di atas. Nampak tidak etis sebenarnya, namun hal ini dilakukan untuk menjaga keaslian kehidupan manusia purba zaman dahulu yang belum mengenal pakaian.
            Kemudian, di belakang patung tersebut, terdapat toliet yang cukup begitu memadai. Di samping toilet, terdapat sederet kantin penjual makanan. Menu yang ditawarkan oleh setiap kantin tersebut sama. Tak hanya menu, bahkan harganyapun sama. Sama-sama terlalu mahal menurut saya sebagai pelajar. Sehingga, saya sarankan agar tidak membeli disana. Lebih baik, membawa dari rumah atau membeli sebelumnya di supermarket.
            Di samping deretan kantin tersebut, terdapat pasar kecil, tempat penjual berbagai souvenir sangiran. Disana, cukup banyak pilihan souvenir yang dijual. Sama dengan halnya pusat souvenir tempat wisata lain, hampir semua penjual menjual barang dagangan yang sama. Oleh karena itu, kita harus pandai-pandai menawar. Itu masih area parkir situs sangiran.
            Memasuki gedung situs sangiran. Pintu masuk gedung situs sangiran terletak di sebelah pasar kecil tadi. Sebelum memasuki pintu masuk gedung tersebut, kita harus mendaki puluhan tangga. Setelah mendaki puluhan tangga, jalan menjadi rata kembali. Di sebelah kiri kita, terdapat tanah-tanah purba hasil temuan para arkeolog yang dipajang tanpa dilindungi oleh kaca dan sejenisnya. Sehingga, kita dapat menyentuhnya. Kira-kira ada 3-5 tanah pur yang dipajang disana.
            Setelah itu, kita berada di sekitar pintu masuk gedung sangiran. Pintu masuk gedung sangiran berada di sebelah kanan kita. Jika kita lurus, kita akan menemui jembatan yang berujung pada air mancur yang begitu indahnya seperti yang tampak pada gambar 4 di bawah. Sedangkan di sebelah kiri kita, terdapat toko kecil lanjutan dari pasar yang ada di luar tadi.
            Ketika kita memilih berbelok kanan, artinya memasuki gedung situs sangiran, di sebelah kiri kita terdapat jalan kecil. Jalan kecil itu akan menuntun kita menuju gedung 2 situs sangiran. Dan ketika kita melihat ke bawah, akan terdapat sungai. Namun, sebelum memasuki gedung 2 situs sangiran, terlebih dahulu kita memasuki gedung 1 situs sangiran.
            Ketika kita memasuki gedung 1 situs sangiran, maka ruangan menjadi gelap. Gedung 1 situs sangiran terbagi menjadi 2 ruangan. Ruangan pertama berisi penjelasan dan visualisasi patung-patung tentang zaman-zaman peradaban manusia. Sarana dan prasarana disana cukup memadai. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penjelasan singkat tapi menyeluruh yang terdapat pada layar touch screen di masing-masing objek. Puas melihat ruangan pertama, kita belok kiri menuju ruangan kedua.
            Sama halnya dengan ruangan pertama, di ruangan kedua juga terdapat penjelasan dan visualisasi patung-patung. Namun, berbeda dengan ruangan pertama, ruangan kedua berisi tentang kehidupan-kehidupan manusia purba seperti yang tampak pada gambar 6 di bawah. Itu masih gedung 1 sangiran.
            Memasuki gedung 2 sangiran. Jika ingin memasuki gedung 2 sangiran, kita tidak perlu keluar dari gedung 1 lewat pintu masuk tadi. Kita bisa keluar lewat pintu keluar yang berada di ruangan kedua kemudian belok kanan. Kemudian kita berjalan beberapa meter saja, dan akan nampak tulisan gedung 2 sangiran. Kita memasuki gedung tersebut. Berbeda halnya memasuki gedung 1 sangiran, ketika memasuki gedung 2 sangiran, kita harus menuruni tangga.
            Di gedung 2 sangiran ini berisi tentang kehidupan dinosaurus dan zaman-zamannya. Namun, tak selengkap yang dibahas di museum geologi. Di gedung 2 situs sangiran ini tidak dibagi menjadi beberapa ruangan. Karena, hanya berupa seperti lorong saja. Sehingga, ketika memasukinya, akan terasa sebentar karena isinya hanya beberapa.
            Kemudian, kita beralih ke gedung 3 situs sangiran. Di gedung 3 situs sangiran itu, isinya hampir sama dengan gedung 1, tetapi visualisasinya lebih besar dan lebih gamblang. Puas mngelilingi gedung 3 situs sangiran, kita keluar melalui pintu keluar gedung. Ketika keluar, mata kita harus beradaptasi dengan lingkungan. Karena, selama kita berada di dalam gedung situs sangiran, cahaya tidak begitu terang. Sedangkan ketika keluar, seakan-akan cahaya langsung mengenai mata kita. Sehingga, mata harus beradaptasi.
            Di sebelah kanan pintu keluar, terdapat tulisan yang tampak seperti gambar 2 di atas. Biasanya, tempat itu kerap kali dijadikan objek foto. Tak jauh dari sana, terdapat tempat-tempat duduk dan air mancur. Disana, banyak orang yang berleha-leha sambil makan. Kemudian, jika kita ingin keluar, kita tinggal lurus saja mengikuti arah jalan. Kita lurus, kemudian berujung pada jalan di sebelah kanan pintu masuk gedung 1 situs sangiran.
            Kemudian, jika kita ingin keluar, kita bisa keluar tanpa melewati tangga masuk tadi. Kita tinggal masuk pasar kecil yang ada di depan pintu masuk gedung 1 situ sangiran. Kemudian berjalan beberapa meter, kita akan menemui tangga turun di sebelah kanan kita. Kita tinggal menuruni tangga tadi, akhirnya kita sudah berada di area parkir situs sangiran. Di sekitar tangga tersebut, dari arah luar terdapat pohon beringin.
Di bawah pohon beringin terdapat tulisan sangiran seperti yang tampak pada gambar 5 di bawah ini. Sejauh ini, ketika mengelilingi sangiran, saya cukup puas. Sarana dan prasarana yang cukup memadai. Temuan-temuan para arkeolog juga begitu dijaga. Namun sayang, saya tidak begitu menikmati keindahan isi situs sangiran karena waktu yang mengejar. Namun, cukup menambah wawasan dan pengetahuan saya.



C. Peran Siswa Sebagai Generasi Muda

1. Saran Kepada Pengelola & Pemerintah 
            Sangiran adalah salah satu kebanggan Indonesia. Bagaimana tidak? Berkat sangiran, Indonesia lebih dikenal dunia internasional karena sangiran dicetuskan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia yang terlengkap di Asia, bahkan di dunia. Oleh karena itu, sudah selayaknya pemerintah Indonesia menjaga dan melindungi sangiran. Dengan cara mendayagunakan kekuasaan untuk menjaga kelestarian sangiran. Tidak hanya menjaga kelestariannya saja, sebisa mungkin pemerintah dan masyarakat berusaha melakukan inovasi atau bahkan penemuan kembali, agar keberadaan situs sangiran tidak dilupakan begitu saja akibat masyarakat nasional bahkan internasional bosan dengan isi situs sangiran yang itu-itu saja. Sejauh ini, ketika saya berkunjung ke situs sangiran, saya cukup puas dengan sarana dan prasarana yang ada. Sehingga, saya kira pemerintah melalui pengelola hanya perlu menjaga dan berusaha melakukan inovasi agar situs sangiran tidak dilupakan begitu saja. 
2. Peran Sebagai Generasi Muda
            Peran kita sebagai generasi muda yang diberi tanggungjawab untuk mengelola Indonesia ke depannya cukup berat. Salah satunya yaitu melestarikan situs sangiran. Situs sangiran merupakan salah satu kebanggaan Indonesia. Sehingga, kita perlu menjaga dan melestarikannya. Tidak cukup hanya itu, sebisa mungkin kita juga berusaha melakukan penemuan yang dapat menambah isi pembelajaran di dalam situs sangiran sehingga situs sangiran tidak dilupakan begitu saja. Tidak dapat menjadi alasan jika jarak kita jauh dengan situs sangiran sehingga menjadikan kita tidak mau menjaga dan melestarikan situs sangiran. Jika memang jarak yang cukup jauh, kita disini hanya perlu untuk terus belajar. Apa selalu belajar sejarah, arkeologi, geografi, dan kawan-kawannya untuk menjaga dan melindungi situs sangiran, sedangkan passion kita tidak ke arah sana? Tidak hanya belajar mata pelajaran itu saja yang bisa kita lakukan untuk melestarikan situs sangiran. Kita hanya perlu untuk selalu belajar sehingga kita kelak bisa menjadi orang sukses, yang dapat dianggap keberadaannya di negara ini. Sehingga, kita bisa mempunyai peran dan kekuasaan. Nah, peran dan kekuasaan tersebut dapat menjadi salah satunya cara untuk menjaga dan melindungi situs sangiran. Oleh karena itu, kita harus selalu belajar dengan tekun, demi terciptanya kelestarian situs-situs bersejarah di Indonesia agar tidak sampai diambil bangsa lain.

DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada hari Minggu, 26 Maret 2017 pukul 11.23 WIB
Diakses pada hari Minggu, 26 Maret 2017 pukul 11.25 WIB
Diakses pada hari Minggu, 26 Maret 2017 pukul 14.25 WIB
Diakses pada hari Kami, 31 Maret 2017 pukul 08.03 WIB
Diakses pada hari Kamis, 31 Maret 2017 pukul 08.03 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Kunjungan Situs Sangiran

“Laporan Kunjungan Situs Sangiran” 12. Dini Nur Azizah Kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 1 Genteng Tahun Ajaran 2016/2017 ...