Sabtu, 04 Agustus 2018

Laporan Pembacaan Buku Kelas XII SMAN 1 Genteng 2017/2018

MENELUSURI KISAH DIBALIK TEMUAN FOSIL MANUSIA PURBA “Pithecanthropus Erectus” DALAM NOVEL “GERBANG TRINIL”
Laporan Pembacaan Buku Fiksi sebagai Bahan Ujian Praktik Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Genteng Tahun Pelajaran 2017-2018




Oleh :
Dini Nur Azizah
Kelas XII MIPA 3
NIS 12127




SMA Negeri 1 Genteng
 
 


 Jln. KH. Wahid Hasyim   (0333) 845134
Genteng, Banyuwangi
2018
 
 






IDENTITAS KARYA

Judul                    : Gerbang Trinil
Pengarang            : Riawani Elyta & Syila Fatar
Tahun Terbit        : 2014
Cetakan                : Pertama
Penerbit                : Moka Media
Tebal                    : vi + 296 halaman




KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena, berkat karunia limpahan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya saya dapat menyelesaikan “Laporan Pembacaan Buku Fiksi” yang merupakan tugas pelajaran Bahasa Indonesia sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Praktik Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Genteng pada tahun pelajaran 2017-2018. Dalam penyusunan laporan ini, saya berupaya semaksimal mungkin demi kesempurnaan laporan ini. Namun, hal tersebut bukan karena jerih payah saya sendiri, melainkan juga didukung oleh bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada
1.        Kepala SMA Negeri 1 Genteng, Bapak Sunyoto Edi Santoso yang telah mengizinkan terselenggaranya ujian praktik ini
2.        Bapak Latif, selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia saya yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan laporan ini
3.        Orang tua yang telah memberikan dukungan material dalam pembelian novel dalam laporan ini
4.        Teman-teman, terutama Aulia Nur Faiza yang telah memberikan saya saran dalam memilih novel
5.        Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut andil  membantu saya dalam menyusun laporan kegiatan ini
Namun, tak lepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Baik dari segi bahasa, struktur, maupun isi. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata, semoga dengan tersusunnya laporan ini, dapat menambah wawasan pembaca. Disamping itu, pembaca juga dapat mengambil hikmah dan manfaatnya, sehingga dapat termotivasi dan terinspirasi.

Genteng, 21 Februari 2018


              Penulis
 









Abstraksi

            Laporan pembacaan buku fiksi merupakan prasyarat agar dapat mengikuti ujian praktik di SMA Negeri 1 Genteng. Secara umum, laporan ini berisi analisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik buku fiksi. Saya menggunakan buku fiksi jenis novel yang berjudul “Gerbang Trinil”. Dalam laporan ini, saya menggunakan judul “Menelusuri Kisah Dibalik Temuan Fosil Manusia Purba “Pithecanthropus Erectus” Dalam Novel “Gerbang Trinil”. Alasan saya menggunakan judul tersebut karena melalui laporan ini, saya ingin mengungkap secara singkat melalui analisis unsur instrinsik dan ekstrinsik bagaimana kisah yang tersurat dan pesan yang tersirat yang terdapat di dalam novel tersebut. Sehingga, melalui laporan ini pembaca dapat sedikit memahami isi novel tersebut tanpa harus membacanya terlebih dahulu.
            Secara ringkas,  laporan ini berisi 5 bab yang urutannya adalah pendahuluan, analisis unsur intrinsik, analisis unsur ekstrinsik, refleksi nilai karya, dan penutup. Inti dari laporan ini terletak di bab 2, 3, dan 4. Di dalam bab 2, berisi tentang  unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel beserta analisisnya. Penganalisaan unsur intrinsik tersebut nampak ketika mencari data tekstual di dalam novel. Selain itu, juga mencari hubungan antarunsur intrinsik. Sedangkan di bab 3, berisi tentang unsur ekstrinsik dan analisisnya. Penganalisaan unsur ekstrinsik nampak ketika mencari nilai-nilai yang terkandung di dalam novel kemudian mencari contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan di bab 4, berisi tentang refleksi nilai karya. Jadi, nilai yang terkandung di dalam bab sebelumnya, diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita sudah melakukannya atau belum.
 






DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................i
Identitas Karya......................................................................................................ii
Kata Pengantar.....................................................................................................iii
Abstraksi..............................................................................................................iv
Daftar Isi...............................................................................................................v
Bab I Pendahuluan
- Latar Belakang........................................................................................1
- Tujuan.....................................................................................................1
- Manfaat...................................................................................................1
Bab II Analisis Unsur Intrinsik
- Unsur-unsur Intrinsik..............................................................................2
- Hubungan Antarunsur Intrinsik..............................................................5
Bab III Analisis Unsur Ekstrinsik
- Nilai-nilai Kehidupan dalam Karya........................................................7
- Keterkaitan Nilai-nilai Karya dengan Kehidupan Nyata.........................8
Bab IV Refleksi Nilai Karya..................................................................................9
Bab V Penutup
- Kesimpulan...........................................................................................10
- Saran.....................................................................................................10
Biografi Singkat Pengarang.................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................12
 






BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Kelas XII merupakan kelas dimana bertumpuk-tumpuk tugas diterima dari berbagai guru mata pelajaran. Salah-satu tugasnya adalah membuat laporan pembacaan buku fiksi/non fiksi. Laporan pembacaan buku fiksi/non fiksi ini merupakan pra syarat agar dapat mengikuti ujian praktik di SMA Negeri 1 Genteng. Sehingga, wajib hukumnya mengerjakan laporan ini agar dapat mengikuti ujian praktik.
Saya memilih novel “Gerbang Trinil” ini sebagai bahan laporan saya karena saya menyukai bacaan berbau fiksi ilmiah. Saya menyukai bacaan berbau fiksi ilmiah karena saya berpikir hal yang terdapat di dalam bacaan-bacaan tersebut suatu saat bisa saja terjadi, melihat kecanggihan perkembangan teknologi saat ini. Novel ini ditulis oleh Riawani Elyta dan Syila Fatar. Dua penulis yang dipertemukan di dunia maya dalam sebuah grup kepenulisan bernama BAW (Be a Writer). Syila Fatar adalah penggagas cerita dalam buku ini. Dia terinspirasi oleh seorang teman, salah satu anggota BAW yang kerap kali menceritakan tentang Kota Ngawi dan Museum Trinil. Ketika ada proyek menulis novel duet, Syila memilih Riawani dengan alasan telah memiliki pengalaman menulis cukup banyak  buku, sedangkan dirinya masih akan dengan cerita yang digagasnya tersebut. Setelah deal, maka mereka berdua pun memulai penulisan dan saling menyemangati.
Novel ini berkisah tentang Areta, gadis remaja yang tertarik dengan arkeologi. Dalam kunjungannya ke Museum Trinil dan rumah neneknya, Areta menemukan keganjilan. Ada sebuah portal di belakang rumah neneknya dan Areta yang sedang mengamati malah diajak masuk ke sana oleh sosok makhluk asing. Areta dibawa ke sebuah pesawat ruang angkasa, tempat tinggal makhluk yang disebut Pithe dari spesies Pithecantropus erectus. Tanpa disangka, di tempat asing tersebut Areta diklaim kalau dia sudah menjadi milik Pithe. Selanjutnya, adalah bagaimana Areta harus membebaskan dirinya dan menggagalkan rencana mengerikan dari para Pithe untuk manusia di Bumi. Di balik kisah menegangkan tersebut, banyak nilai yang dapat kita petik. Salah satunya adalah hasil tidak akan menghianati usaha.

B.     Tujuan

1.  Menyelesaikan tugas dan kewajiban
2.  Menemukan nilai-nilai kehidupan dalam karya sastra
3.  Merefleksikan nilai karya sastra dalam kehidupan

C.     Manfaat

1.    Mengetahui cara membuat laporan pembacaan karya sastra
2.    Mengembangkan daya pikir siswa
3.    Menambah wawasan

BAB II
ANALISIS UNSUR INTRINSIK
A. Unsur Intrinsik
1.      Alur/Plot
a.    Pengenalan             : Bab 1-6
b.    Konflik                   : Bab 7-11
c.    Klimaks                  : Bab 12-16
d.   Antiklimaks            : Bab 17-22
e.    Penyelesaian           : Bab 23

2.      Setting/Latar  
a.    Tempat
v Perpustakaan
“Areta mematikan komputer. Sejenak ia mengedarkan pandangannya pada sekeliling. Sepi. Selalu saja dirinya menjadi siswa terakhir yang meninggalkan perpustakaan. Untungnya, alasan berada di perpustakaan selalu menyelamatkannya dari kemungkinan dimarahi saat terlambat masuk kelas.”
v SMU Persada Pertiwi
“Halaman dan koridor di sepanjang SMU Persada Pertiwi tampak lengang.”
v Depan Kelas
“Pria berkacamata tebal itu tengah berdiri di depan kelas, menatap tajam ke arahnya.”
v Ruang Makan
“”Non, hari ini mau kemana?” tanya Pak Dhiro, sopirnya, yang tiba-tiba muncul di ruang makan.”
v Kota Ngawi
“Saat ini mereka sudah berada di Ngawi. Trinil, tinggal 13 kilometer lagi.”
v Rumah Nenek
“Sejurus kemudian, tampaklah sebuah rumah kuno dengan bangunan ala Belanda di balik rerimbunan pohon. ... Keluar dari mobil, Areta masih menyempatkan diri berlama-lama, mengamati rumah neneknya.”
v Teras Rumah
“Seseorang berdiri di teras rumah kuno, tatapannya menyorot tajam.”
v Kamar
“”Ini kamar untukku, Nek?””
v Museum Trinil
“... Dan di dalam museum, tepat dalam posisi garis lurus dengan pintu masuk, sesosok lelaki berseragam pegawai berdiri tegak, ...”
v Kebun Belakang Rumah Nenek
“... Tak terasa, langkah Areta tiba di kebun belakang rumah. ...”
v Kamar Tamu
“Malam itu, Areta kembali tidur di kamar tamu. ...”
v Hotel Sukowati
“Mobil sewaan yang mereka tumpangi telah tiba di halaman Hotel Sukowati, hotel dengan tarif termahal di Kota Ngawi. ...”
v Kubah Ruang Angkasa
“... Sebuah ruangan berbentuk kubah yang memiliki banyak jendela besar. ... menampilkan gambar dan video tempat-tempat di bumi. ...”
b.    Waktu
v Siang Hari
“ Embun yang membasahi permukaannya seakan-akan memanggil Areta untuk mencicipinya di hari yang luar biasa terik ini”
v Malam Hari
“Areta melontarkan keinginannya, di tengah momen makan malam bersama Papa dan Mama yang sangat langka.”
v Pagi Hari
“”Selamat pagi, Areta.””
v Hari Kedua
“Hari kedua di Museum Trinil. ...”
v Hari Ketiga
“Hari ketiga, Areta menyempatkan diri untuk megelilingi rumah neneknya terlebih dahulu sebelum mengunjungi museum lagi hari ini.”
v Lima Belas Menit Menjelang Keberangkatan
“Lima belas menit menjelang kebrangkatan, kereta Sri Tanjung dari Banyuwangi tampak memasuki stasiun.”
v Menjelang Senja
“Hari menjelang senja ketika motor Reza berhenti di depan rumah Nenek Maheswari.”
v Keesokan Harinya
“... keesokan harinya, rombongan turis yang dikatakan Reza juga tengah berada di Museum Trinil. ...”
v Tengah Malam
“Areta terbangun di tengah malam.”
v Tiga Bulan Kemudian
“Tiga bulan kemudian, saat membuka mata....”

c.    Suasana
v Takut
“Seruan Pak Satria membahana, ... Tak ada yang berani duduk tegak. Semua mata tertunduk, ...”
v Kaget
“... mulut Areta baru saja ternganga lebar. Tercengang. ...”
v Canggung
“... cowok itu ternyata sudah tiba di belakangnya, dan dengan reflek menahan tubuhnya. ... Areta sedikit tergagap.”
v Marah
“Areta tak peduli. Ia segera menuju kamar yang ditempati Pak Dhiro. Mengetuknya keras-keras. ...”
v Sepi
“... Rumah Areta memang selalu sepi ....”
v Bahagia
“.... Ada nada bahagia tersirat di dalmnya...”
v Kurang Nyaman
“Areta geleng-geleng kepala. Bagaimana dia bisa tidur dikelilingi aroma bunga seperti ini.”
v Pengap
“... Sesaat, Areta merasa napasnya sedikit sesak. .... Ya, kamar ini tidak berjendela .... Pantas saja terasa begitu pengap.”
v Aneh
“... langkah Areta mendadak terhenti. Ada cahay terang menyelinap di sela-sela bawah pintu. Juga terdengar suara lirih ...”
v Bersemangat
“Pujian Harry membuat Areta sumringah....”
v Panik
“”Areta, kamu jangan nekat!””
v Lengang
“... Dan Areta masih tidak melihat manusia berlalu-lalang. ...”
v Mencekam
“... Aroma mistis itu kian terasa. Kursi yang diam itu seakan-akan membuat gerakan pelan. ...”

3.      Penokohan/Perwatakan
a.    Areta                                              
Masa bodoh, pandai, menyukai fosil, percaya diri, tenang, cuek, penghayal, mudah terpesona, cantik, menarik, cerdik, keras kepala, sopan, patuh, selalu ingin tahu, baik, pemberani
b.    Bu Eti                                
Ramah, baik
c.    Pak Satria                          
Galak, berwibawa
d.   Silvi            
Suka mencontek, ceplas-ceplos
e.    Harry
Menyenangkan, sehobi dengan Areta, baik, penuh rahasia,
f.     Andri
Usil, perayu ulung, baik, menarik, perhatian
g.    Mbak Menik
Baik, perhatian
h.    Papa
Baik, penuh rahasia
i.      Mama
Anggun, baik, cuek namun penuh kasih sayang
j.      Pak Dhiro
Baik, penurut
k.    Tini
Penurut
l.      Nenek Maheswari
Aneh, misterius, anggun namun tegas, jahat
m.  Tukang Becak
Lucu, baik
n.    Reza
Playboy, menawan, perayu ulung, lucu, jahat
o.    Raja Pithe/Raja Cahaya/Raja Blark
Pemaksa, jahat
p.    Mala
Baik, setia, penyanyang
q.    Prajurit Pithe
Penurut
r.     Perempuan Kubah Hutan
Baik
s.     Pithe Mlaar
Baik, penuh kasih sayang, cerdik

4.      Sudut Pandang
Orang ke-3 Pengamat

5.      Tema
Misteri di Balik Penemuan Fosil Manusia Purba “Pithecanthropus Erectus”

6.      Suasana
Tegang

7.      Amanat
Turutilah apa yang orang tua perintahkan kepada kita, selagi itu baik

B. Hubungan Antarunsur Intrinsik
1.      Tema dan Alur
Tema adalah ide pokok atau gagasaan utama yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan pengarang harus menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab akibat (alur). Adanya sebab akibat tersebut haruslah mutlak, supaya cerita lebih jelas dan tema mudah di temukan. Sebaliknya untuk menentukan tema dapat dilihat dari konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian dari alur.
Tema Novel Gerbang Trinil adalah tentang sebuah pengungkapan misteri di balik penemuan fosil manusia purba “Pithecanthropus Erectus”. Untuk membawa menuju ke tema ini, penulis membuat cerita mengenai Areta Prameswari, seorang gadis yang tergila-gila dengan paleontologi.
Konflik di dalam novel ini, muncul ketika Areta berkunjung ke rumah neneknya, Nenek Maheswari dan menemukan fosil yang menurut neneknya adalah sosok bibinya. Dari hal tersebutlah, muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam Novel Gerbang Trinil.

2.      Tema dan Perwatakan
Untuk menyampaikan ide atau gagasan utama, diperlukan pembawa gagasan untuk berupa pelaku atau tokoh-tokoh cerita. Biasanya pembawa gagasan utama adalah tokoh-tokoh utama, sementara tokoh lain merupakan tokoh latar yang memperkuat penokohan tokoh utama dan gagasan yang dibawanya.
Menurut Nurgiyantoro (2005;74), tokoh-tokoh utama ditugasi untuk menyampaikan tema yang dimaksudkan pengarang baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui tingkah laku, pikiran, perasaan, dan berbagai peristiwa yang dialami tokoh.
Novel ini bertemakan tentang pengungkapan misteri. Dari tema tersebut, Areta Prameswari digambarkan sebagai seorang yang cerdik, keras kepala, selalu ingin tahu, dan pemberani. Berkat kecerdikan dan keberaniannya tersebut, Areta dapat keluar dari Kubah Luar Angkasa, tempat tinggal manusia purba “Pithecanthropus Erectus”. Sehingga dapat menyelamatkan penduduk bumi yang diculik oleh Pithe dan mengungkap misteri di balik sering ditemukannya jenis fosil yang sama namun masih terlihat baru di bumi.

3.      Setting dan Perwatakan
Tokoh-tokoh di dalam sebuah cerita memerlukan ruang, saat, dan keadaan sosial tempat mereka melakukan sesuatu. Ruang, saat, dan keadaan tersebut berpengaruh pula terhadap tokoh dan penokohan.
Tokoh-tokoh di dalam Novel Gerbang Trinil mayoritas memiliki hubungan dengan paleontologi. Hal ini mendukung dengan tema yang diangkat dalam novel. Selain itu, sesuai dengan judulnya, novel ini berlatar belakang Kota Ngawi, yang mana merupakan letak Museum Trinil. Selain berlatar belakang Kota Ngawi, yang mana juga merupakan kediaman Nenek Maheswari, novel ini di awal cerita juga berlatar belakang Kota Surabaya, yang mana merupakan kediaman Areta sekeluarga.
Dari sinilah, salah satu perwatakan Areta, yaitu penasaran alias selalu ingin tahu, dibangun. Areta penasaran kenapa ia sekeluarga jarang sekali berkunjung ke rumah neneknya yang sebenarnya masih cukup dekat jaraknya. Padahal, hanya neneklah satu-satunya orang tua yang masih dimiliki orang tuanya.









BAB III
ANALISIS UNSUR EKSTRINSIK
A. Nilai-nilai Kehidupan
1.      Nilai Moral
Di dalam bab 10 halaman 94, novel menceritakan Areta yang tetap bertingkah sopan terhadap Nenek Maheswari. Padahal, pada bab sebelumnya, Areta dibuat sangat marah dan takut oleh Nenek Maheswari akibat ceritanya tentang Bibi Tyar. Bahkan, setelah kejadian itu Areta bergegas pulang ke Surabaya. Dari sini dapat dipetkik 1 nilai moral, yaitu semarah apapun kita terhadap orang tua, kita tetap harus bertingkah sopan kepada mereka.

2.      Nilai Agama
Novel ini tidak menyinggung sama sekali perihal agama. Karena, seperti yang telah kita ketahui di awal, novel ini bergenre science fiction bercampur fantasi. Sehingga, terlihat kurang cocok apabila menyinggung masalah agama. Namun, meski begitu masih ada nilai agama yang dapat diambil dari novel ini. Di akhir-akhir bab novel ini, seringkali menceritakan tentang penyebab Bangsa Pithe meninggalkan bumi, yaitu akibat rusaknya bumi. Dari sini, kita dapat mengambil nilai agama, yaitu tentang pentingnya bersyukur. Kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kehendak-Nya, manusia diciptakan jauh lebih sempurna dibandingkan Bangsa Pithe. Hal ini terlihat ketika keadaan bumi rusak, sehingga Bangsa Pithe harus mencari tempat tinggal baru, sedangkan manusia masih tetap mampu menempati bumi.

3.      Nilai Sosial
Salah satu nilai sosial yang terkandung dalam novel tersebut adalah ketika seorang pelajar mendapatkan nilai baik sedangkan temannya yang lain tidak mendapatkan nilai baik akibat pelajar tersebut tidak mau memberikan jawaban kepada temannya, maka pelajar tersebut pasti akan digunjing dan dikucilkan temannya. Hal ini nampak pada bab 1 halaman 9. Disana diceritakan, Areta diolok-olok oleh temannya, Silvi, karena di antara semua siswa hanya dia yang tidak remedi dan dia tidak mau membagi jawaban satupun kepada temannya.

4.      Nilai Budaya
Budaya yang terkandung di dalam novel ini adalah ketika seseorang terlihat aneh di lingkungan, maka masyarakat akan menjauhinya. Hal ini nampak pada bab 8 halaman 73. Di bagian tersebut, diceritakan bahwasanya Nenek Maheswari dijauhi oleh masyarakat sekitar akibat begitu aneh perilakunya bahkan selayaknya tukang sihir.

5.      Nilai Pendidikan
Di bab-bab akhir novel ini, seringkali menceritakan tentang kehidupan Bangsa Pithe dan manusia di masa lampau. Disana, diceritakan bahwasanya keadaan bumi masih sangat memadai untuk ditinggali oleh Bangsa Pithe dan manusia. Namun, beberapa tahun kemudian, akibat keserakahan manusia, manusia mulai merusak bumi. Sehingga, keadaan bumi menjadi tidak layak lagi untuk ditinggali oleh Bangsa Pithe.
Dan akhirnya Bangsa Pithe memilih untuk meninggalkan bumi. Dari sini, dapat diambil nilai pendidikan. Yaitu sebagai generasi muda penerus peradaban dunia, sudah selayaknya kita menjaga kelestarian bumi tempat tinggal kita. Sehingga, apa yang terjadi dengan Bangsa Pithe di masa lalu tidak terjadi dengan anak cucu kita di masa depan akibat keserakahan kita dalam mengeksploitasi bumi terlalu berlebihan tanpa memperhatikan keseimbangan alam.
B. Keterkaitan Nilai-nilai Karya dengan Kehidupan Nyata
1.      Nilai Moral
Dalam kehidupan nyata, nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut jarang, bahkan sulit sekali dilakukan oleh anak zaman sekarang. Anak zaman sekarang, ketika merasa marah, ia akan menunjukkan bahwasanya ia marah.

2.      Nilai Agama
Wujud rasa syukur seperti yang tersirat dalam novel tersebut masih dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contoh kecilnya, mengucap alhamdulillah. Masih banyak orang yang mau mengucapkan hamdalah ketika bersyukur mendapat karunia nikmat yang telah dilimpahkan oleh Sang Pencipta.

3.      Nilai Sosial
Nilai sosial yang terdapat dalam novel tersebut masih sangat mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang pelajar, saya kerap kali melihat keadaan itu. Oleh karena itu, nilai yang dapat kita petik adalah, ketika kita berada di posisi “Silvi” kita sebaiknya harus berfikir positif, barangkali “Areta” tidak mau menconteki kita karena dia ingin ilmu kita bermanfaat, hasil dari jerih payah kita sendiri. Sedangkan ketika kita berada di posisi “Areta” sebaiknya kita juga tidak terlalu begitu. Karena pada dasarnya kita adalah makhluk sosial, sehingga sudah sewajarnya kita membantu teman kita yang kesulitan, misalnya ketika ulangan. Namun, tidak menjadi suatu kewajaran apabila kita justru membantu semua jawaban. Intinya, bolehlah membantu, asal berada di tingkat kewajaran.

4.      Nilai Budaya
Budaya yang terkandung dalam novel tersebut memang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, tidak semua orang seperti itu. Contohnya saja di desa saya. Di desa saya, ada seorang pria “aneh”. Beliau mengaku dapat melihat Malaikat Izroil. Hal itu dapat diterima oleh beberapa masyarakat desa saya. Karena terbukti, ketika akan ada orang meninggal di desa saya, pria aneh tersebut pasti sudah “woro-woro” kepada tetangga sekitar. Namun, ada juga masyarakat yang tidak percaya. Karena, secara psikologi pria tersebut termasuk golongan orang kurang waras.

5.      Nilai Pendidikan
Menjaga keseimbangan alam. Nilai tersebut masih dapat kita jumpai dalam lingkungan kita. Contohnya saja di sekolah, kita dapat melihat bukti nyatanya karena sekolah kita, SMAN 1 Genteng diangkat menjadi sekolah adiwiyata. Sudah barang tentu, dibalik tersandangnya gelar tersebut karena masyarakat sekolah mau menjaga kesimbangan alam.
BAB IV
REFLEKSI KARYA

Ø   Mewujudkan Nilai Karya Sastra dalam Kehidupan Sehari-hari

1.      Nilai Moral
Tetap santun kepada orang tua ketika marah. Hal ini masih cukup sulit untuk saya lakukan. Ketika merasa marah, saya memilih untuk menghindar dari orang tua. Dan ketika berpapasanpun saya lebih memilih untuk diam.

2.      Nilai Agama
Pentingnya untuk bersyukur, seperti mengucap hamdalah. Refleksi nilai ini, sudah saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan didikan orang tua saya yang mengajarkan saya sejak kecil untuk selalu mengucap hamdalah ketika selesai melakukan sesuatu dan ketika apa yang kita impi-impikan tercapai.

3.      Nilai Sosial
Membantu teman ketika kesulitan, seperti ketika ulangan. Jujur, saya tipikal orang yang tergantung pada kecocokan dan kesesuaian suasana hati. Apabila saya memang cocok dengan teman dan didukung oleh suasana hati saya sedang baik, maka meskipun teman itu menjiplak jawaban saya akan saya beri. Tetapi, apabila sebaliknya, saya pasti punya seribu alasan untuk menyanggahnya. Bahkan, tak jarang saya mendiamkannya. Apalagi apabila teman tersebut hanya datang kepada saya saat dia butuh.

4.      Nilai Budaya
Mengucilkan orang yang terlihat aneh. Ketika menghadapi masalah ini, saya tidak langsung mengucilkannya. Saya akan mencari tahu alasan kenapa orang-orang menganggap dia aneh dan mengucilkannya. Apabila hal itu tidak sesuai fakta, maka saya tidak akan mengucilkan orang tersebut. Tetapi, pada dasarnya saya tipikal orang yang mudah terpengaruh teman. Sehingga, ketika teman saya, terutama teman baik saya menganggap seseorang aneh kemudian menjauhinya, maka saya juga akan menjauhinya.

5.      Nilai Pendidikan
Menjaga keseimbangan alam. Nilai ini sudah saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terlihat ketika membuang sampah pada tempatnya. Apalagi ketika di rumah saya mendapat jatah untuk membersihkan rumah setiap sore.



BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Berdasarkan analisis penulis, novel “Gerbang Trinil” sangat menarik untuk dibaca. Setiap akhir babnya terdapat sesuatu layaknya sebuah akhir episode suatu sinetron. Sehingga, membuat pembaca selalu penasaran dan ingin menelusurinya lebih jauh lagi. Di samping itu, novel ini juga mengandung nilai-nilai yang mudah direfleksikan oleh pembaca, melihat mudahnya nilai tersebut ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain nilai, kisah di dalam novel ini juga menarik. Cocok untuk dibaca golongan pelajar. Terutama ketika menginjak bab-bab akhir yang menceritakan tentang lingkungan tempat tinggal Bangsa Pithe. Di bagian tersebut, seringkali diceritakan mengenai teknologi yang digunakan oleh Bangsa Pithe. Meskipun hanya sekedar fantasi, namun tak hayal  apabila suatu saat ada teknologi yang terlahir menyerupai teknologi Bangsa Pithe ini, melihat kemajuan zaman dan teknologi yang begitu pesat saat ini.
B. Saran
          Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis sangat menyarankan apabila novel “Gerbang Trinil” ini lebih dikenal oleh generasi muda seperti golongan pelajar. Karena, di samping memberikan nilai-nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, juga memberikan pengetahuan yang dapat mematik pola pikir generasi muda terhadap kemajuan perkembangan zaman. Sehingga, suatu saat nanti mampu lahir generasi muda yang dapat membawa kemajuan peradaban dunia menuju ke arah yang jauh lebih baik lagi.













BIOGRAFI SINGKAT PENGARANG
1. Riawani Elyta
Lahir dan berdomisili di kota kecil Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Mulai senang menulis sejak tahun 2006. Penyuka cappuccino dan novel bergenre romance-thriller.
Penghargaan lomba menulis yang pernah ia raih antara lain Pemenang 1 Resensi Buku Indiva (2008), Pemenang 2 Sayembara Cerber Femina (2008), Pemenang Harapan Sayembara Cerber Femina (2009), Pemenang Hiburan Feature Ufuk dalam Majalah Ummi (2009), Finalis Sayembara 100 % Roman Indonesia Gagasmedia  (2010), Pemenang Favorit Lomba Menulis Cerpen Remaja Rohto- Lip Ice (2010), Pemenang 2 Sayembara Novel Inspiratif Indiva (2010) dan Pemenang 1 Lomba Novel Remaja Bentang Belia (2011).
Karya-karyanya yang telah terbit adalah novel Hati Memilih (Bukune, 2011), Yang Kedua (Bukune, 2012) serta beberapa novel lainnya dan 22 antologi bersama. First Time in Beijing ini adalah novelnya yang kedelapan.
Ia bisa disapa lewat
Email               : tarapuccinogroup@yahoo.com
Facebook         : Riawani Elyta
Twitter            : @RiawaniElyta
Blog                : riawanielyta.blogspot.com.
2. Syila Fatar
            Syila Fatar adalah nama pena dari Amalia Dewi F. Terlahir dan tinggal di Kota Mangga dan Anggur, Probolinggo, di belahan timur Pulau Jawa. Semula, menulis hanya untuk mengisi waktu sembari menunggu buah hatinya, kini malah menjadikan menulis sebagai luapan gelagak imajinasinya. Beberapa karyanya berupa Kumpulan Cerpen (Bidukku Berlayar Kembali) dan bebrapa antologi. Gerbang Trinil adalah novel pertamanya dengan Riawani Elyta. Syila Fatar dapat dijumpai di :
Twitter            : @liy_amalia
Facebook         : Amalia Dewi F






DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Kunjungan Situs Sangiran

“Laporan Kunjungan Situs Sangiran” 12. Dini Nur Azizah Kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 1 Genteng Tahun Ajaran 2016/2017 ...