Nama : Dini
Nur Azizah
No. : 12
Kelas : X MIA
6
Si
Kikir & Dermawan
Tersebutlah seorang yang kaya, tapi sangat kikir. Di
belakang rumahnya terdapat beberapa pohon kurma yang tumbuh subur, dan buahnya
lebat. Begitu lebatnya hingga rimbun buahnya sampai menjuntai ke halaman rumah
sebelahnya, rumah tetangga.
Tetangga yang berada di sebelahnya adalah sebuah keluarga
miskin, banyak anak lagi. Mereka hanya bisa menggigit jari bila melihat buah
kurma yag nampak masak di pohon.
Setiap memetik buah kurma pemiliknya lewat pagar tetangga
miskin itu. Namun orang kaya kikir itu tak pernah memberi sebuahpun kepada
tetangganya itu. Bahkan bila ada buah yang jatuh dan diambil oleh anak orang
miskin itu, pemilik kurma itu memintanya kembali dengan cara yang kasar.
Dan yang lebih celaka lagi, karena kikirnya orang itu,
buah kurma yang sudah terlanjur di dalam mulut si anak dimintanya kembali.
“Ini buah kurmaku, kau tak berhak memakannya!” katanya
sengit.
Melihat perilaku orang kaya pemilik kurma itu, orang
miskin itu mengadu ke Rasulullah. Mendengarnya Rasulullah berjanji akan menemui
orang kaya itu.
“Berikan buah kurmamu yang tangkai buahnya menjuntai ke
tanah tetanggamu itu, meskipun pohonnya tumbuh di atas tanahmu. Sebagai
gantinya kau akan memperolehnya di surga nanti,” kata Rasulullah kepada orang
kaya itu, ketika ditemui di rumahnya.
“Hai Muhammad. Cuma itu tawaranmu,” sahut orang kaya itu
dengan sinis.
Karena sifat kikirnya orang itu, Rasulullah menawarkan
surga sebagai pengganti buah kurma itu ditolaknya. Dengan mencibirkan bibirnya,
orang itu pergi meninggalkan nabi.
Akhirnya, tentang pembicaraan Rasulullah dengan pemilik
pohon kurma itu didengar oleh seorang kaya yang dermawan. Bergegas orang itu
menghadap Rasulullah.
“Apakah tawaran itu juga berlaku untukku, jika pohon
kurma itu nanti menjadi milikku ?” tanyanya kepada Rasulullah.
“Ya,” jawab Rasulullah.
Mendengar jawaban Rasulullah, orang itu segera pergi
menemui pemilik pohon kurma.
“Tahukah kamu bahwa Rasulullah menjanjikan pengganti di
surga nanti untuk beberapa buah kurmamu,” katanya.
“Ya, aku tahu. Tapi, rasanya aku lebih sayang dengan buah
kurmaku itu,” ujar orang kikir itu acuh tak acuh.
“Pohon kurmamu itu memang subur dan berbuah lebat. Aku
sangat menyukainya. Sayang pohon kurmaku sebanyak yang ada itu tak seperti
milikmu ini. Apakah kau mau menjualnya padaku ?” tawar orang dermawan itu.
“Boleh saja ! Tapi harus memenuhi syarat yang kuajukan.
Dan kukira tak seorangpun akan sanggup memenuhinya.”
“Harganya kau menginginkan berapa ?”
“Sebatang pohon kurmaku itu, aku minta ditukar dengan 40
batang pohon kurma.”
“Ah, kau ini memang keterlaluan !” sergah orang dermawan
itu. “Kau meminta yang bukan ukuran. Tapi, biarlah kupenuhi permintaanmu.
Sebatang pohon kurmamu kutukar dengan 40 pohon kurma milikku. Namun, begitu
juga aku mengajukan syarat padamu. Kuminta kau nanti menjadi saksi kepada
Rasulullah, bahwa kau benar-benar telah menukar pohon kurmamu dengan milikku.”
Si kikir itu menyanggupinya. Setelah selesai
tukar-menukar pohon kurma, lelaki dermawan itu datang mengahadap Rasulullah
dengan mengajak si kikir itu.
“Rasulullah, pohon kurma itu sekarang telah menjadi
milikku. Kini kuserahkan kepadamu,” katanya.
Nabi tersenyum mendengar hal itu. Beliau kemudian
mengajak lelaki dermawan itu untuk menemui keluarga miskin yang pernah mengadu
beberapa waktu lalu.
“Sekarang pohon kurma ini menjadi milikmu, peliharalah
untukmu dan keluargamu,” kata Rasulullah.
Betapa gembira sekeluarga miskin itu mendengarnya. Mereka
mengucap syukur Alhamdulillah dan sangat berterima kasih kepada Nabi dan juga
kepada orang yang sangat dermawan itu atas kebaikan hatinya.
Sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Lail yang
menceritakan antara perbedaan kedudukan orang kikir dan dermawan, juga
balasannya. Allah akan mengganti apa yang diberikan oleh seseorang dengan
barang yang serupa berlipat ganda di akhirat nanti. Sayang lelaki kikir itu tak
mau mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar